Presiden KSPI Said Iqbal (IDN Times/Fitang Budhi Adhitia)
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal sebelumnya mengatakan, banyak buruh yang positif terinfeksi virus corona. Dia lalu menyebut PPKM Darurat tidak efektif.
"KSPI berpendapat, PPKM Darurat yang salah satu metodenya penyekatan, itu tidak efektif. Karena faktanya semua perusahaan-perusahaan pengolahan atau manufaktur, fabrikasi itu masih tetap bekerja 100 persen. Data itu menjelaskan mengapa penyebaran COVID itu sekarang adalah klaster buruh atau klaster pabrik," ujar Iqbal saat konferensi pers secara virtual, Kamis (15/7).
Dia menjelaskan, buruh yang bekerja di industri pengolahan produk tidak mungkin menjaga jarak (physical distancing). Penerapan WFH atau WHO, lanjutnya, tidak mungkin juga dilakukan. Hal ini, sambungnya, karena stasiun kerja di industri pengolahan saling terkait.
"Misal stasiun kerja nomor satu, tiba-tiba loncat karena ada WFH dan WFO 50 persen, termasuk stasiun tiga, gak mungkin. Stasiun duanya (lalu) diliburkan, gak mungkin. Jadi kalau proses produksi diliburkan, liburkan semua. Karena dia supply chain, mata rantai yang tidak terputus dalam proses produksi di industri pengolahan," jelasnya.
Iqbal melanjutkan, pembatasan hanya bisa dilakukan di sektor jasa, perdagangan, dan perkantoran. Contohnya, kata Iqbal, seperti perkantoran di dalam industri otomotif.
Dia lalu mengatakan, penyekatan selama PPKM Darurat tak mungkin dilakukan ke buruh atau perusahaan industri yang menerapkan 100 persen WFO.
"Karena banyak perusahaan yang mendapatkan izin dari Menteri Perindustrian. Dengan dasar itulah mereka tetap beroperasi. Itulah yang menjelaskan mengapa klaster tenaga kerja buruh, pabrik, pengolahan, lonjakannya tinggi sekali," kata Iqbal.