Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
01KBPAZTTXBE7T32DFHW7D2A2M.png
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa akselerasi program MBG ditopang oleh 3 faktor yaitu anggaran, SDM, dan infrastruktur. (dok. BGN)

Intinya sih...

  • SPPG wajib memiliki ahli gizi dan tenaga keuangan.

  • Ribuan pihak swasta mendaftarkan diri untuk membangun infrastruktur SPPG.

  • Program MBG menjadi gerakan kolaboratif nasional dengan pertumbuhan yang cepat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa akselerasi program MBG ditopang oleh 3 faktor yaitu anggaran, SDM, dan infrastruktur. Namun ia menilai, yang menjadi motor penggerak terbesar justru berasal dari SDM dan kemitraan masyarakat.

BGN kini memiliki 33.000 SDM yang telah ditempatkan di seluruh provinsi, kabupaten, dan kecamatan. Mereka merupakan lulusan perguruan tinggi yang ditempa dalam program Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia dan ditugaskan sebagai kepala SPPG.

1. SPPG wajib memiliki ahli gizi

Para tenaga gizi dari dapur SPPG se-Jateng DIY ikut rakor BGN di GOR Jatidiri Semarang. (IDN Times/Dok Humas Pemprov Jateng)

Tidak hanya itu, setiap SPPG juga wajib memiliki ahli gizi yang direkrut dari masyarakat lokal, serta tenaga keuangan yang mengelola arus dana harian. "Keberadaan mereka memastikan kualitas layanan tetap konsisten, karena menu disusun berdasarkan komposisi gizi yang sesuai kebutuhan wilayah masing-masing," kata Dadan.

2. Ribuan pihak swasta mendaftarkan diri untuk membangun infrastruktur SPPG

Kegiatan memasak oleh para petugas SPPG Semarang Timur dicek langsung oleh jajara Polda Jateng. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Peran mitra juga menjadi faktor penentu. Melalui portal mitra BGN yang kini telah ditutup, ribuan pihak swasta mendaftarkan diri untuk membangun infrastruktur SPPG secara mandiri, mitra juga bertugas menyeleksi relawan dan tenaga dapur. Untuk SPPG di wilayah aglomerasi, jumlah personelnya sudah mencapai 47 orang per titik layanan.

3. Program MBG menjadi sebuah gerakan kolaboratif nasional

SPPG UNISA Yogyakarta. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Saat ini terdapat 16.630 SPPG aktif, disusul 14.700 calon SPPG yang hampir beroperasi. Jika seluruhnya berjalan, Indonesia akan memiliki lebih dari 30.000 SPPG, menjadikan MBG sebagai ekosistem layanan gizi paling masif di Asia. "Kami hanya menetapkan standar teknis dan pedoman. Semua pihak mematuhi garis besar itu, sehingga perluasan layanan berlangsung cepat dan tetap terukur," jelas Dadan.

Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa MBG bukan sekadar program bantuan gizi, tetapi gerakan kolaboratif nasional yang menggabungkan kekuatan negara dengan partisipasi publik. "Ekosistem yang terbentuk ini adalah anugerah besar. Seluruh elemen bergerak serempak untuk memastikan setiap anak Indonesia memperoleh asupan gizi yang layak," tutupnya. (WEB)

Topics

Editorial Team