Foto : Jejak harimau yang membuat warga Kampung Teluk Lanus/ IDN Times, Istimewa
Menurutnya, warga menjadi khawatir atas keselamatan, terutama para orangtua terhadap anak-anaknya. Bahkan sejak kemarin, anak anak sudah tidak mengaji pada malam hari, sebaliknya mengaji dipindahkan petang hari.
Harimau yang datang ini, berada tidak jauh dari lokasi ditemukan jejaknya sepekan lalu. Artinya, harimau masih berada di lokasi yang sama.
“Kami sangat berharap ada solusi dari situasi ini. Kami tidak ingin sampai ada korban dan terjadi konflik antara kami dengan harimau,” kata Kenang.
Karena warga bisa saja khilaf menjerat dan menghabisi harimau itu. Tapi semua tentu tahu bahwa harimau itu merupakan hewan yang dilindungi. Tentunya ini menjadi dilema bagi warga Teluk Lanus.
Meski hingga saat ini tidak ada korban jiwa, tapi apa saja bisa terjadi jika tidak segera dicarikan solusinya. Perlu perhatian semua pihak, termasuk instansi terkait dan pemangku kepentingan.
Menurut Kenang, dari kasus warga Serapung, Desa Teluk Meranti, Pelalawan yang diserang harimau di Tasik (Danau) Belat, beberapa hari lalu kemungkinan besar harimau yang berbeda, sebab jarak Tasik Belat ke kampung mereka sekitar 5,3 kilometer.
Kenang adalah warga asli Teluk Lanus. Setelah Teluk Lanus dibuka menjadi permukiman transmigran, menjadi ramai.
Menurutnya, sesuai data di kantor desa, ada 520 kepala keluarga di kampung kelahirannya itu. Sehari hari warga berkebun, bertani dan nelayan serta mencari kayu di hutan.
Seingat dia, dari kecil sampai menjadi Kaur Pemerintahan seperti saat ini, tidak pernah harimau sampai masuk kampung. Makanya saat ini dia benar benar berharap situasi seperti ini segera berakhir.