Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rumah orang tua Serda ED Pandu Yuda, salah satu awak KRI Nanggala 402. IDN Times/Mohamad Ulil Albab
Rumah orang tua Serda ED Pandu Yuda, salah satu awak KRI Nanggala 402. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Banyuwangi, IDN Times - Kabar resmi TNI AL yang menyatakan kapal selam KRI Nanggala 402 telah pecah menjadi tiga bagian pada Minggu (25/4/2021) membuat keluarga awak mengalami duka mendalam. Seluruh kru KRI Nanggala yang berisi 53 juga dinyatakan gugur sejak hilang kontak jelang latihan peluncuran terpedo di perairan utara Bali, Rabu (21/4/2021).

Malam hari setelah kabar duka, rumah orang tua salah satu awak KRI Nanggala 402, Serda ED Pandu Yuda Kusuma yang ada di Lingkungan Sobo, Kabupaten Banyuwangi, tampak dikunjungi banyak orang. Semua keluarga dan tetangga datang untuk menyampaikan rasa duka cita, dan diiringi doa bersama.

1. Sang ayah yang juga seorang tentara menyadari semua konsekuensi yang harus diterima anaknya

Foto Serda ED Pandu Yuda bersama istrinya, salah satu awak KRI Nanggala 402. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Peltu Wahyudi, ayah Pandu, tampak berupaya tegar menemui sejumlah kerabat yang berkunjung ke rumahnya. Sementara sang ibu tampak terus menangis, begitu juga adiknya.

“Kita tahu segala profesi memang ada risikonya. Dan kapal selam risikonya memang lebih tinggi dari pada kapal permukaan. Dan dia (Pandu) memang dua tahun sebelumnya di kapal permukaan,” kata Wahyudi saat ditemui di rumahnya, Minggu malam, (25/4/2021).

2. Cita-cita jadi tentara sejak kecil

Rumah orang tua Serda ED Pandu Yuda, salah satu awak KRI Nanggala 402. IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Wahyudi mengatakan, Pandu sejak kecil memang sudah bercita-cita menjadi seorang tentara. Sebagai tentara, ia tahu konsekuensi dan risikonya. Wahyudi pun mengaku bisa menerima hal itu, apalagi ia juga seorang tentara.

“Mamanya saya kasih tahu, anak daftar jadi tentara dari awal ya tahu siap siap risikonya. Di kapal selam risikonya juga lebih besar., ya harus ikhlas, meski berat. Apalagi ibu yang nggembol 9 bulan, menyusui,” kata Wahyu yang berupaya menenangkan istrinya.

3. Jadi tentara sejak 2016

Keluarga Serda ED Pandu Yuda di Banyuwangi. IDN Times/M Ulil

Lebih lanjut, Wahyu mengatakan, anaknya mulai berkarir sebagai TNI AL sejak tahun 2016. Dua tahun sebelum mengikuti seleksi sebagai kru kapal selam, Pandu sempat bertugas di armada dua KRI Teluk Ratai Surabaya dan pindah tugas di KRI Amboina Jakarta.

Saat di KRI Amboina, Pandu sempat bertugas untuk mengantar pasukan ke Papua, Timika dan Sorong. Di Timika inilah Pandu menerima perintah untuk mengikuti seleksi sebagai kru kapal selam.

“Saat di Timika dia dapat telepon untuk mengikuti seleksi jadi awak kapal selam. Sebagai prajurit, mengikuti perintah, besoknya pulang naik pesawat, ke Surabaya. Dan dia lulus,” kenangnya.

Tuntas bertugas di kapal permukaan selama dua tahun, Pandu akhirnya menjalani pendidikan selama 9 bulan untuk kru kapal selam. Hal yang paling diingat yakni ketika anaknya rindu dengan kuliner Banyuwangi.

“Saat pendidikan di Karangtekok ketemu. Akhirnya saya bawakan, makanan pecel pitik khas Banyuwangi. Di sana dimakan sama teman bahkan semua komandan, termasuk Letkol Heri Oktavian yang jadi komandan di kapal itu (KRI Nanggala 402),” katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team