Sebenarnya, jembatan Gladak Perak yang satu ini sudah tak digunakan lagi sebagai akses utama. Jembatan Gladak Perak peninggalan kolonial Belanda hanya digunakan oleh wisatawan untuk spot berfoto.
Jembatan yang menjadi jalur transportasi utama merupakan hasil dari rekonstruksi pemerintah Indonesia, dimulai sejak 1998 hingga 2001.
Pemerintah kala itu tak memperbaiki jembatan Gladak Perak yang lama. Mereka memilih buat membangun jembatan baru di sebelahnya, karena kondisinya dianggap kurang layak.
Memang, jembatan Gladak Perak sempat hancur lebur di masa perang. Bahkan, di masa Agresi Militer Belanda I, yang dilancarkan sejak 21 Juli 1947, jembatan Gladak Perak dihancurkan tentara Zeni Pioner 22 untuk menghambat mobilitas pasukan Belanda. Baru pada 1952, jembatan Gladak Perak dibangun kembali dan difungsikan.
Jembatan Gladak Perak juga menjadi saksi bisu saat terjadinya peristiwa G30S. Kala itu, jembatan digunakan sebagai tempat pembuangan mayat-mayat orang.
Tren ini kembali berlanjut pada era 1980-an, dalam peristiwa Penembakan Misterius alias Petrus. Mayat-mayat dari korban Petrus, dibuang ke jurang lewat jembatan ini pula.
Sarat sejarah, jembatan Gladak Perak pun dijadikan cagar budaya oleh pemerintah. Seperti yang sudah dijelaskan, fungsinya kini hanya untuk wisata saja.