IDN Times/Axel Jo Harianja
Saat itu, lanjut Ninoy, ada seseorang yang dipanggil Habib, memberi ultimatum kepadanya. Habib itu menyebut waktu yang dimiliki Ninoy sangat pendek, sebab kepalanya akan dibelah. Habib tersebut juga menginterogasi Ninoy dan memukulinya.
"Saya bermohon untuk tetap hidup karena saya punya anak, istri, dan seterusnya. Tapi tetap saja saya tidak diperbolehkan pulang, tetap harus ada di situ," katanya.
Ninoy melanjutkan, ketika itu sang Habib menanyakan apakah ada ambulans yang akan datang ke Masjid tersebut. Sebab, Ninoy diancam akan dieksekusi sebelum subuh dan mayatnya dibuang ke wilayah yang terdampak kerusuhan.
"Habib itu yang merancang untuk membunuh saya di situ bersama dengan penyedia ambulans yang mengaku sebagai tim medis," terangnya.
Tim medis itu sedari awal, juga menginterogasi Ninoy. Mereka juga membuka media sosial miliknya dan melihat tulisan serta komentar-komentar yang ada.
"Sekarang setiap saya keluar ke mana-mana saya takut. Karena ada seseorang yang menanyakan tentang nama istri dan anak saya dan seterusnya dan dimasukkan ke dalam HP," katanya.
"Rumah saya juga, banyak beberapa orang asing yang ke situ pada hari kedua. Jadi hari ini saya sudah tidak berada di rumah lagi, tidak mungkin tinggal di rumah bersama anak dan istri saya," sambungnya.