Ilustrasi penembakan (IDN Times/Arief Rahmat)
Pimpinan Gereja Katolik Dekanat Moni-Puncak Keuskupan Timika mengingatkan semua media massa, agar dalam pemberitaan harus mengecek terlebih dahulu kebenaran di lapangan atau tempat kejadian.
“Saya pimpinan Gereja Katolik Dekanat Moni-Puncak, mulai dari Kabupaten Intan Jaya, Puncak dan Puncak Jaya mau ingatkan kepada semua media atau wartawan, agar tidak sekadar menulis pernyataan pihak yang memiliki otoritas, melainkan juga turun ke lapangan," ujar Pastor Yance Yogi, Pr dilansir media setempat, Jubi, Selasa (27/10/2020).
"Atau telepon kami sebagai pimpinan Gereja Katolik untuk mengecek kebenaran tentang ditembaknya Rufinus Tigau, seorang Katakis Stasi Jalae, Paroki Bilogai. Pasti kami akan sampaikan yang benar dan akurat," lanjut dia.
Pastor Yogi membenarkan, Rufinus Tigau merupakan bawahannya yang bekerja di stasi Jalae yang ditemukan tak bernyawa. “Jadi dia (Rufinus) bukan KKB atau TPN-PB (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat), dia murni Katakis. Dia anak buahku yang ada di Jalae. Dia sudah bertugas sebagai Katakis menjelang lima tahun. Dia benar-benar Katakis atau pewarta gereja Katolik. Jadi dibilang anggota TPN, itu sangat tidak benar,” katanya.
Yogi mengaku, pihaknya selalu terbuka untuk menyampaikan informasi yang baik kepada siapa pun, apalagi wartawan. “Setidaknya jurnalis memiliki hubungan kontak dengan kami, tokoh agama atau masyarakat seperti kepala kampung agar mendapat gambaran yang terjadi lapangan,” katanya.
“Jadi saya sampaikan ini karena selama ini saya ikuti semua pemberitaan di media massa itu pro otoritas. Padahal mereka juga menyampaikan informasi yang berasal dari pihak lain. Nah, kami ada di lapangan. Tentunya tanya kami juga,” sambung dia.
Sementara, Kepala Penerangan Kogabwilhan III Kol Czi IGN Suriastawa mengatakan, aparat keamanan yang melakukan penyisiran di Jalae menyatakan Rufinus adalah anggota Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB)--sebutan dari aparat keamanan Republik Indonesia untuk Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).
“Ini merupakan hasil pengembangan pasca-penghadangan TGPF oleh KKSB 9 Oktober lalu. Dari hasil pengembangan dan pengumpulan informasi dari masyarakat diperoleh informasi akurat, bahwa salah satu kelompok KKSB bermarkas di Kampung Jalae Distrik Sugapa,” kata Suriastawa.
Operasi tersebut, menurut Suriastawa, dimulai pukul 05.30 WIT oleh Tim Gabungan TNI-Polri. Selain menembak Rufinus, operasi ini menangkap dua orang lainnya, yang salah satunya mengaku adik Rufinus Tigau.
Pastor Marten Kuayo, Administrator Diosesan Keuskupan Timika membenarkan kejadian yang menewaskan Rufinus. “Benar, saya baru dapat laporan dari Pastor Paroki Jalae bahwa Rufinus meninggal karena ditembak. Dia dituduh sebagai anggota TPNPB. Tidak benar itu. Rufinus sudah sejak lama menjadi pewarta gereja Katolik di Jalae,” kata Pastor Marthen.