Jakarta, IDN Times - Hasil survei yang dilakukan Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) menempatkan elektabilitas partai Golkar di urutan ke empat dengan persentase 7,3 di bawah partai Demokrat dengan 7,4 persen.
Presentase ini diduga menjadi tanda kemerosotan Partai Golkar, mengingat angka ini setengah sejak Pemilihan legislatif 2014 silam, dimana Golkar memiliki elektabilitas 14 persen.
Diduga, kemerosotan tersebut disebabkan adanya kasus yang dialami oleh Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar yang juga Ketua DPR RI Setya Novanto (Setnov), yang kini menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Polemik dualisme di tubuh Golkar, kepemimpinan hingga masalah yang menjerat Setya Novanto cukup berpengaruh terhadap elektabilitas Golkar saat ini," kata Poempida Hidayatulloh, Ketua Umum Orkestra di Menteng, Jakarta, Minggu (3/12).
Merosotnya Elektabilitas Golkar juga menjadi sorotan Direktur Eksekutif Polcomm Institute Heri Budianto yang juga meminta Setnov agar segera menyerah jabatan Ketua Umum Golkar. Jika tidak, maka elektabilitas akan mengalami 'terjun bebas'.
"Ini peringatan bagi Partai Golkar. Sudah saatnya Setya Novanto mengibarkan bendera putih. Jika tidak, Golkar trennya akan turun," kata Heri.
Jika hal ini terus dibiarkan, tambahnya, elektabilitas Golkar akan ada di bawah 10 persen. Dan nasib Partai Golkar akan berakhir.
"Jika ini dibiarkan, partai ini tersandera. Jika dibawah 10 persen, Golkar tamat," tambahnya.