Siapa yang Lebih Berbahaya, Aman Abdurrahman atau Abu Bakar Ba'asyir?

Jakarta, IDN Times - Terpidana terorisme Abu Bakar Ba'asyir beserta keluarga dan santrinya mengaku kecewa dengan keputusan pemerintah, lantaran meninjau kembali rencana pembebasannya.
Padahal, sempat terucap dari lisan Presiden Republik Indonesia Joko “Jokowi” Widodo bahwa Ba’asyir akan dibebaskan tanpa syarat. Alasannya, atas pertimbangan kemanusiaan, mengingat Ba'asyir sudah tua dan sakit-sakitan.
Dalam sekejap, pemerintah menjadi bulan-bulanan publik karena hampir mengizinkan seseorang yang memiliki paham radikal, tidak mau tundak kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), hidup di tengah masyarakat.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Suhardi Alius mengatakan, pendiri Pesantren Al Mu'min Ngruki itu sebagai terorisme hardcore.
Paham radikal yang dimilikinya telah mendarah daging. Padahal, melalui program deradikalisasi, sebagian mantan narapidana terorisme tidak keberatan mengakui Pancasila sebagai dasar bernegara. Suhardi yakin, program deradikalisasi tidak akan bepengaruh terhadap Ba’asyir.
Banyak pihak yang khawatir pembebasan Abu Bakar Ba’asyir akan menghidupkan kembali sel-sel terorisme yang telah mati. Di sisi lain, ada pihak yang meyakini bahwa Ba’asyir tidak akan kembali menyebarkan paham radikal, setelah menjalani 2 per 3 dari masa hukumannya. Salah satunya adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Pertanyaan yang kemudian menarik untuk diajukan adalah siapakah yang paling berbahaya antara Aman Abdurrahman atau Abu Bakar Ba’asyir, apabila salah satunya dibebaskan? Keduanya disebut-sebut sebagai "dedengkot" ideolog terorisme paling berbahaya di Indonesia.
1. Sidney Jones sebut Aman lebih berbahaya
Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones, menyebut Aman Abdurrahman lebih berbahaya daripada Ba’asyir. Faktor utamanya adalah karya tulis Aman yang bisa didapatlkan dengan mudah di internet.
“Aman jauh lebih berbahaya daripada Ba’asyir sebagai ideolog, karena Ba’asyir tidak menulis satu kata pun. Kalau Aman, tulisannya digunakan di setiap pengajian radikal. Juga ceramahnya tersebar di internet. Jadi walau Aman sudah hampir tidak berkomunikasi langsung selama dua tahun terakhir, pengaruhnya masih kuat,” kata Sidney kepada IDN Times di Jakarta, Jumat (25/1).