Ilustrasi tindak kekerasan anak (IDN Times/Sukma Shakti)
Terkait isu yang sempat muncul pada Selasa, 11 November 2025, Afia menjelaskan, kejadian tersebut berawal dari enam siswa yang membuat tanda menyerupai tato di dada mereka, dengan cara menjepit kulit pakai penjepit hingga membentuk huruf. Setelah diketahui wali asrama, para siswa dikumpulkan dan diberikan pembinaan.
Lebih lanjut, Afia mengklaim, tidak ada ancaman atau tindakan kekerasan dari guru, wali asrama, maupun tenaga kependidikan.
“Peristiwa ini bukan dilakukan oleh tenaga pendidik atau wali asrama. Kami pastikan tidak ada kekerasan di lingkungan SRMA 40 Ambon,” katanya.
Afia menyebut pihak sekolah kini telah membentuk Tim Penanganan Kekerasan Sekolah, guna memastikan setiap siswa aman, dihormati, dan dibimbing dengan pendekatan humanis.
“Kami ingin mendidik anak-anak ini untuk saling mencintai, menghargai, dan memahami makna kesempatan yang diberikan negara. Mereka adalah harapan bangsa yang kelak akan membanggakan orang tua dan tanah air,” kata Afia.