ilustrasi media sosial (IDN Times/Aditya Pratama)
Keenam kandidat ini merupakan tokoh-tokoh yang kita anggap paling banyak berseliweran di media sosial, tapi tidak semua kandidat ternyata memiliki resource yang cukup untuk menguasai kelima platform terbesar yaitu YouTube, Facebook, Instagram, Twitter dan TikTok.
Contoh, Gibran adalah tokoh yang paling berpengaruh di Twitter tapi lemah di Instagram. Cawapres nomor urut tiga, Mahfud MD mempunyai semua platform media sosial. Namun interaksi tertingginya ada di Twitter.
Kemudian Prabowo sudah cukup lama tidak terlihat aktif di Twitter tapi sangat aktif di Instagram karena memiliki interaksi yang sangat tinggi.
Selama enam bulan terakhir kami melihat ada kecenderungan ketiga pasangan capres-cawapres aktif di seluruh platform tapi tidak semua kandidat memiliki resources yang cukup untuk memanfaatkan seluruh platform.
Akan tatapi, dalam dua bulan terakhir ini khususnya setelah deklarasi menjadi pasangan cau9elpres atau cawapres, mesin-mesin resources mereka bekerja termasuk mesin partai sehingga hadir di seluruh kanal di media sosial.
Gibran dalam sekali unggahan sanggup menghadirkan jumlah tayang hingga mencapai lebih dari satu juta. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat perhatian publik terhadap Gibran mulai tinggi. Mahfud mulai meningkat jumlah percakapannya di YouTube karena perannya sebagai Menko Polhukum.
Walaupun, di seluruh platform mereka hadir tapi percakapan-percakapan tertinggi terjadi di TikTok. Selama 3 bulan pemantauan terjadi 8,5 juta kali orang mengobrol tentang seluruh kandidat.
Tingkat kepedulian publik terhadap pelaksanaan Pilpres 2024 ini meningkat dibandingkan Pilpres 2019 karena berdasarkan matriks yang kami ukur jumlah pengguna sosial yang terlibat langsung dalam media sosial meningkat.
Hadirnya pilpres dengan tiga pasang juga menyebabkan setiap kandidat tidak lagi fokus menjatuhkan lawan karena menjatuhkan lawan yang dua pasang itu berat sekali. Misalnya, kubu Prabowo-Gibran ingin menjatuhkan kandidat lain, maka ia harus menjatuhkan dua pasang sekaligus. Karena kalau menjatuhkan satu pasang maka pasangan yang lain akan diuntungkan sehingga mereka akan bebas berkampanye secara positif.
Kami melihat ada kecenderungan produksi konten bagi ketiga kandidat fokus pada kampanye positif. Hal itu juga menjadi keuntungan tiga pasang.
Kemudian masing-masing kandidat sudah mulai mengeluarkan kreatifitasnya. Pasangan nomor urut tiga Ganjar-Mahfud membuat pesan kampanye yang ringan dengan salam tiga jarinya.
Lalu, pasangan Anies-Muhaimin berkampanye untuk memperkenalkan bagaimana sarung digunakan di pesantren. Ini pesan yang sangat ringan dan sederhana sekaligus menunjukkan kreativitas yang tinggi bagaimana branding dilakukan dengan sederhana sehingga dapat menunjukkan bagaimana kedekatan mereka dengan santri.
Selanjutnya, tidak kalah menarik adalah pasangan Prabowo-Gibran. Pasangan ini punya branding tersendiri untuk menjembatani gap umur yang sangat besar antara capres dan cawapresnya.
Keduanya menggunakan istilah gemoy dan kartun berbasis avatar yang hari ini juga menjadi bagian dari generasi muda pada saat bersosial media. Avatar kali ini berbeda dengan avatar yang digunakan pada pilpres 2019.