Menurut Muzammil inti dari lailatul qadar adalah melipatgandakan amal kebaikan. Rasulullah SAW bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوْزُ ذَلِكَ رواه الترمذي
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Usia umatku (umumnya berkisar) antara 60 sampai 70 tahun. Sedikit sekali dari mereka yang melewati (angka) itu.’” (HR At-Tirmidzi)
Muzammil mengatakan kita sebagai umat Rasulullah SAW usianya lebih pendek jika dibandingkan dengan usia umat-umat Nabi terlebih dahulu, maka dengan kesempatan lailatul qadar, malam kemuliaan ini manusia bisa melipatgandakan kebaikan karena beribadah pada malam qadar.
Pada malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan, atau jika dikonversikan sekitar 83 tahunan. Bayangkan, jika umat muslim sejak usia baligh bisa berjumpa terus menerus dengan malam lailatul qadar, maka begitu banyak pahala kebaikan yang bisa didapatkan dan tentu bisa melebihi kualitas ibadah umat-umat terdahulu.
Tapi pertanyaannya, kata Muzammil, bagaimana kondisi iman kita hari ini? Sudahkah kita mempersiapkan hari-hari Ramadan yang tersisa agar kita berjumpa dengan lailatul qadar, bagimana caranya?