Jakarta, IDN Times - Memiliki citra sebagai kota aman dan nyaman, Yogyakarta kini kian terusik dengan aksi klitih oleh sekelompok pemuda. Dahulu kala, klitih bermakna keluyuran, tawuran antarsekolah, atau aktivitas jual beli barang bekas di Pasar Klitikan.
Kini, makna tersebut mulai bergeser jadi tindakan kriminal yang membahayakan nyawa seseorang. Menurut Sosiolog Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, Sigit Rochadi, fenomena klitih saat ini adalah hasil regenerasi.
"Jadi pelaku klitih ketika pelajar itu berubah jadi pelaku kekerasan saat usia dewasa. Mereka yang berani melakukan kekerasan ketika usia di atas 20 tahun itu, dulu sudah 'berlatih' saat jadi pelajar," ujar Sigit kepada IDN Times, Sabtu (8/12).