Ilustrasi nabi (freepik.com/rawpixel.com)
Takbir setelah bulan Ramadan merupakan bentuk syukur. Allah SWT berfirman;
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185).
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ المصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ فَإِذَا قَضَى الصَّلاَةَ ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْرَ
“Nabi SAW biasa keluar hendak salat pada hari raya Idul Fitri sambil bertakbir sampai di lapangan, dan sampai salat hendak dilaksanakan. Ketika salat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.”
Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 2/1/2 menyebut hadis ini bersumber dari Az-Zuhri, tetapi memiliki penguat yang sanadnya bersambung. Silsilah Al-Ahadis Ash-Shahihah, no. 171. Syaikh Al Albani mengatakan riwayat ini shahih.
Ibu Syihab Az-Zuhri menyampaikan kaum muslim saat keluar rumah dapat sambil bertakbir hingga kehadiran imam untuk salat Eid.
Namun, Surat Al-Baqarah ayat 185 memerintahkan takbir dilakukan sejak Ramadan berakhir. Berdasarkan ayat tersebut, takbir dimulai pada malam Idul Fitri hingga imam datang untuk melaksanakan salat Eid.
Takbir sesuai anjuran Sa’id bin Manshur dan Ibnu Abi Syaibah bahwasanya Ibnu Mas’ud bertakbir.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
“Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.”
Berarti "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya".