Surat itu pun, menurut Ketua Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG), Doli Kurnia ada dugaan terjadi dua 'arus' di dalam partai berlambang pohon beringin.
Yakni arus perubahan yang kini mulai menguat, mulai dari DPD Provinsi hingga kelompok besar di DPP.
Serta arus dengan kelompok pro status quo yang terlihat seperti membangun oligarki di dalam management.
Menurut Doli, dengan dipilihnya Aziz Syamsudin oleh Setya Novanto hanya demi kepentingan Oligarki.
“Jadi bisa dilihat sebenarnya, hanya cuma 4-5 orang saja yang ingin mempertahankan bersama Setnov, demi kepentingan oligarki, keuntungan politik dan ekonomi, kekuasaan dan ekonomi,” ujar Doli.
Sebagaimana mekanisme partai, seharusnya surat putusan tersebut harus ditandatangani oleh Idrus Marham selaku pelaksana tugas.
Namun, surat putusan yang dikeluarkan oleh Setnov tidak ada tanda tangan dari Idrus, sehingga Doli menganggap surat tersebut memiliki maksud tersendiri.
“Ini berarti mengabaikan semua mekanisme dan keberadaan orang-orang yang ada di DPP maupun kepengurusan, itu yang saya katakan oligarki,” kata Doli.
Sebelumnya dikabarkan beredar surat dari Setya Novanto yang menunjuk Ketua Badan Anggaran DPR Aziz Syamsuddin sebagai Ketua DPR menggantikan dirinya.
Hal itu dibenarkan oleh Ketua Koordinator Bidang Kesejahteraan Masyarakat DPP Partai Golkar, Roem Kono yang menyebut adanya arahan dari Ketua Umum nonaktif Partai Golkar Setya Novanto yang menunjuk Aziz Syamsuddin. Aziz pun memastikan dirinya siap untuk menggantikan Setya Novanto sebagai Ketua DPR RI.