Jakarta, IDN Times - Mayoritas responden menolak Pemilu 2024 ditunda dan menginginkan terjadinya pergantian kepemimpinan. Hal itu yang terungkap dalam hasil survei nasional yang digelar oleh Charta Politika dengan tema "Catatan Akhir Tahun: Tren Persepsi Publik dan Proyeksi Politik Menuju 2024" yang digelar virtual pada Kamis (22/12/2022).
Dalam survei ini, Charta Politika melibatkan 1.220 responden dengan menggunakan multistage random sampling. Mereka memilih responden berusia minimal 17 tahun atau sudah memenuhi kriteria untuk menggunakan hak suara saat pemilu.
Periode survei dilakukan pada 8-16 Desember 2022. Sementara, tingkat margin of error mencapai 2,82 persen.
Berdasarkan survei itu, sebanyak 74,6 persen responden mengaku tidak setuju bila Pemilu 2024 ditunda. Hanya 17,2 persen saja yang setuju Pemilu 2024 ditunda. Hal ini sekaligus menjawab pernyataan Ketua MPR, Bambang Soesatyo yang pernah menyebut tingginya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, menjadi indikasi kelanjutan untuk dipimpin oleh keduanya.
Sementara, berdasarkan hasil survei Charta Politika, 72,9 persen responden mengaku puas dengan kinerja Jokowi di periode kedua. Hanya 25,8 persen responden yang tidak puas dengan kinerja Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Walaupun tingkat kepuasan publik ada di angka 72,9 persen tapi ternyata tidak berbanding linear. Artinya, 72,9 persen responden yang katakan lah puas dengan (kinerja) Pak Jokowi, ternyata tidak serta merta menjadi pihak yang setuju untuk kemudian masuk dalam usulan tentang penundaan pemilu. Jadi, menurut responden ini adalah hal yang berbeda," ungkap Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya seperti dikutip dari YouTube pada hari ini.
Ia mengaku senang dengan hasil survei itu, sebab tidak hanya responden umum, melainkan pemilih Jokowi juga menganggap isu pembatasan kekuasaan adalah sesuatu yang penting. "Minimal dengan data ini, kita bisa bilang jangan klaim atas nama masyarakat," tutur dia lagi.
Di sektor apa saja kinerja pemerintahan Jokowi disorot oleh Charta Politika?