Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto (Dok. Bambang Rukminto)
Selain masa tugas sebelum pensiun, rekam jejak, prestasi, maupun pengalaman penugasan harus dipertimbangkan dalam pemilihan Kabareskrim. Jika masih tergolong junior, akan sangat riskan dan menimbulkan kebiasaan masyarakat yang disebut ewuh pakewuh (sungkan). Meski begitu, hubungan senior dengan junior diyakini Bambang tak bisa dihilangkan begitu saja.
"Jabatan Kabareskrim itu bukan sekedar main-main, dan tak bisa diserahkan pada sosok yang masih minim pengalaman atau terlalu muda. Sehingga, kurang wisdom dalam pengambilan keputusan terkait hukum," jelas Bambang.
Tak hanya itu, mengangkat junior yang masih belum melakukan tour of duty yang mumpuni, justru akan makin merusak kultur organisasi Polri.
"Sehingga, harapan reformasi di tubuh kepolisian makin jauh. Upaya memotong generasi seperti yang terjadi pada pengangkatan Pak Tito (Karnavian) beberapa tahun lalu, tentu tak bisa diteruskan," tuturnya.
"Organisasi Polri juga membutuhkan tradisi organisasi yang baik, seperti 'urut kacang' (tingkat kepegawaian atau usia berdasarkan kemampuan atau kompetensi)," katanya lagi.