Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dialog multipihak Kelompok Perempuan Akar Rumput Jakarta bersama Aksi! di Jakut, Selasa (11/6/2024). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)
Dialog multipihak Kelompok Perempuan Akar Rumput Jakarta bersama Aksi! di Jakut, Selasa (11/6/2024). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Jakarta, IDN Times - Sebagian warga Jakarta Utara ternyata ada yang belum bisa mengakses air bersih. Warga Muara Baru, Ecih Kusumawati, misalnya sudah puluhan tahun belum pernah mendapatkan hak air bersih.

Perempuan berusia 78 tahun yang akrab disapa Nenek Dela ini, bersama Koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta (KMSSAJ), menggugat pemerintah untuk membatalkan kerja sama dengan dua perusahaan asing terkait pengelolaan air. 

"Dulu beberapa tahun lalu, saya bersama warga penggugat air pernah ke pengadilan. Karena pada waktu itu, kami betul-betul tidak memiliki air bersih tapi karena yang menggugat adalah kami dari kaum miskin, kami kalah karena mereka naik banding," ujar Nenek Della dalam Dialog MultiPihak Perempuan Akar Rumput Jakarta bersama Aksi! for gender, social and ecological justice di Jakarta Utara, Selasa (11/6/2024).

1. Tidak semua warga Muara Baru rasakan air bersih

Dialog multipihak Kelompok Perempuan Akar Rumput Jakarta bersama Aksi! di Jakut, Selasa (11/6/2024). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Della mengatakan sulitnya akses air bersih ini dirasakan sampai sekarang. Warga Muara Baru masih tertekan karena tidak semua kampung di wilayah tersebut bisa dapat air bersih 

"Bertahun-tahun sampai saat ini pun kami masih tertekan dari masalah air, karena tidak semua kampung di Muara Baru itu masuk air bersih. Kami dimiskinkan oleh air," katanya.

2. Penghasilan habis untuk air

Dialog multipihak Kelompok Perempuan Akar Rumput Jakarta bersama Aksi! di Jakut, Selasa (11/6/2024). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Nenek Della mengatakan mayoritas pekerjaan warga Muara Baru adalah buruh lepas yang penghasilannya tidak lebih dari Rp125 ribu per hari. Sementara mereka harus mengeluarkan uang untuk dapatkan air.

"Satu hari setidaknya Rp40 ribu itu hanya empat pikul air, buat nyuci, mandi, itu sudah diirit-irit. Penghasilan tersebut dipotong buat air, sisanya buat makan, biaya sekolah, gak cukup," katanya.

3. Tolong berikan air bersih

Dialog multipihak Kelompok Perempuan Akar Rumput Jakarta bersama Aksi! di Jakut, Selasa (11/6/2024). (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Akibat pengeluaran untuk air, lanjut Della, banyak perempuan harus bekerja keras hampir 24 jam apalagi banyak yang pekerja informal. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan anak.

"Akibatnya anak-anak yang menjadi korban karena tidak terurus dan tidak terkontrol pergaulan. Makanya di sini kami minta, hargailah kami perempuan, karena sangat berat. Tolong berikan kami air bersih itu hak kita semua, jangan dimonopoli oleh mereka yang punya uang," ungkapnya.

Editorial Team