Host Suara Millennial, Vadhia Lidyana mewawancarai Wakil Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Abu Ashar. (dok. IDN Times)
IDN Times kali ini berkesempatan mengunjungi Main Plant Office PT Vale Indonesia di Blok Sorowako untuk melihat proses pengolahan nikel. PT Vale awalnya menunjukkan mining base atau pusat kontrol Perusahaan. Di sini, kita bisa melihat monitoring penambangan bijih nikel, operasional truk, pengerukan, screening bijih nikel, hingga proses bijih nikel diantar ke area pengolahan.
Kemudian setelah penambangan, proses pengolahan pun dimulai. Bijih nikel yang diambil dari tambang disimpan terlebih dahulu untuk dikeringkan. Kemudian, bijih nikel yang sudah berkurang kadar airnya akan dipanaskan dan diproses pada area kiln.
Proses pengolahan nikel selanjutnya adalah furnace. Di sini, nikel matte yang menjadi produk akhir dipisahkan dari slag atau limbah. Lalu, nikel dimurnikan lebih lanjut dari besi di area converter. Nikel matte dari area converter yang masih dalam bentuk cair lalu akan melalui proses granulasi untuk mengubah bentuknya menjadi pasir. Pada akhirnya, nikel matte yang siap untuk diekspor akan berbentuk seperti pasir berwarna gelap yang sangat halus.
Wakil Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Abu Ashar ketika diwawancara, mengungkapkan bahwa PT Vale selalu berkomitmen untuk menambang dengan menerapkan prinsip-prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) pada setiap aspek operasional bisnis.
FYI, PT Vale juga mendukung hilirisasi nikel dengan tidak pernah mengekspor bijih mentah dan mengoperasikan pabrik pengolahan nikel terintegrasi. Komitmen ini sudah dilakukan sejak PT Vale Indonesia berdiri pada tahun 1968.
“Kita mengikuti kaidah teknik pertambangan yang baik dan berkelanjutan. Artinya, PT. Vale bukan sekadar menambang saja, tapi ada proses recovery setelah itu. Jadi, ada tiga tahapan. Pra-penambangan, penambangan, terakhir pasca-tambang secara terintegrasi,” ujar Abu Ashar.