Dalam kontak senjata yang terjadi antara aparat dengan kelompok Santoso di wilayah pegunungan Dusun Kuala, Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, dua orang tewas, salah satunya diduga kuat adalah Santoso. Santoso adalah pemimpin kelompok terorisme Poso yang juga pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Dan seorang lagi yang belum dikenal identiasnya.
Dilansir Kompas.com, Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi mengatakan bahwa tim DVI dari Mabes Polri sudah berangkat dan akan tiba di Palu siang ini untuk membantu proses identifikasi jenazah tersebut. Dalam baku tembak tersebut, tiga orang berhasil melarikan diri, mereka terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki.
Sampai Selasa (19/7) pagi, evakuasi korban tewas dua terduga teroris ini terus berlangsung. Hal ini mengingat kondisi medan sangat sulit serta berjarak sekitar 60 kilometer dari kota Poso. Kawasan pegunungan Desa Tambarana menjadi markas dari kelopok Santoso yang selama ini jumlahnya masih 21 orang.
Namun menurut Kapolda Rudy, dengan tertembaknya dua orang tersebut maka jumlah anggota Santoso saat ini hanya tinggal 19 orang. Rudy yang juga Kepala Penanggungjawab Operasi Tinombala Poso 2016 mengatakan bahwa selama ini kelompok bersenjata pimpinan Santoso tersebut bertahan di hutan dan berpindah-pindah menghindari kejaran aparat.
Mereka terpecah menjadi dua kelompok yakni kelompok Santoso dan kelompok Ali Kalora. Kelompok Santoso sebanyak lima orang, yang terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan. Sedangkan kelompok Ali Kalora sebanyak 16 orang yang terdiri dari 15 laki-laki dan satu perempuan. Hingga saat ini, situasi di kota Poso dan sekitarnya terpantau aman dan lancar. Aktivitas masyarakat berjalan seperti biasa karena lokasi kontak senjata terjadi di pegunungan yang jauh dari pemukiman masyarakat.