Mendagri Tito Karnavian (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Selain itu, terkait masa dinas yang harus kurang lebih dari dua tahun sebagai calon Kapolri, dinilai Bambang bersifat relatif.
"Terlalu panjang, artinya juga tak baik bagi regenerasi Polri. Terlalu pendek masa jabatan juga tak baik bagi pengorganisasian Polri sendiri," katanya.
Terkait dengan latar belakang Idham Azis di Korps Bhayangkara, Jenderal bintang tiga itu memiliki jejak di Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-Teror Polri seperti Tito Karnavian. Bambang pun menduga, pendekatan-pendekatan yang dilakukan pihak kepolisian dalam kepemimpinannya, juga tak lepas dari style penindakan seperti Densus 88.
"Model tangkap-tangkapan akan terus terjadi. Padahal, dalam periode ke-2 kepemimpinan Jokowi, idealnya akan lebih soft, untuk menciptakan iklim kerja yang kondusif. Pendekatan preventif harusnya ke depan akan lebih dominan. Makanya, peningkatan peran serta masyarakat dalam tugas pemolisian harus lebih dikedepankan," ungkapnya.
"Tugas Kapolri kan bukan soal terorisme saja. Jadi, secara umum prediksi saya akan masih dengan pola tangkap-tangkapan itu. Bisa terkait UU ITE, rasisme dan sebagainya. Ini tidak baik bagi demokrasi. Polisi malah jadi teror bagi masyarakat itu sendiri," sambungnya.
Di sisi lain, tak ada lembaga yang mengawasi kerja kepolisian. Kepolisian pun kata Bambang, bisa menggunakan tafsirnya sendiri dalam penegakkan hukum.
"Menjadi ancaman juga ketika polisi menjadi alat kekuasaan untuk menakut-nakuti masyarakat yang beda pendapat," tuturnya.