Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah (IDN Times/Asrhawi Muin)
Jauh sebelum berkecimpung di dunia politik, Nurdin dikenal sebagai akademisi. Pria kelahiran Pare-Pare, Sulawesi Selatan, 7 Februari itu, menyandang gelar profesor di bidang agrikultur. Karier di bidang akademisnya dimulai ketika dia lulus dari Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Pada 1986, Nurdin memutuskan menikah dengan Liestiaty Fachrudin. Saat menikah, ia masih berumur 22 tahun. "Saya menikah muda," kata dia, saat berkunjung ke kantor redaksi IDN Times.
Tak berapa lama usai menikah, Nurdin melanjutkan studinya ke Jepang. Dia mengejar gelar master dan doktornya di Agriculture Kyushu University, Jepang, yang berhasil diselesaikan 1994.
Usai lulus, Nurdin memutuskan menjadi seorang wirausaha dan akademisi. Bahkan, dia mendapat kepercayaan dari investor Jepang untuk mendirikan industri pengolahan kayu menjadi Butsudah, tempat penyimpanan abu hasil kremasi.
Nurdin kemudian mendirikan PT Tokai Material Indonesia di Kawasan Industri Makassar, Kelurahan Kapasa. Enam tahun kemudian, perusahaan ini berubah nama menjadi PT Maruki International Indonesia.
Selain itu, Nurdin juga menjabat Presiden Direktur di empat perusahaan Jepang, yaitu PT Maruki International Indonesia, Hakata Marine Indonesia, Hakata Marine Hatchery, dan Kyushu Medical Co., Ltd.
Mengurus berbagai macam perusahaan, tak membuat Nurdin lupa kesibukan di akademisi. Dia menjadi pengajar Universitas Hasanuddin dan menjabat sebagai Guru Besar Fakultas Kehutanan di Universitas Hasanudin serta Dewan Penyantun Politeknik Negeri Makassar. Selain itu, Nurdin memperoleh gelar profesor pada 1 Desember 2008.