Anggota TGPF Intan Jaya, Bambang Purwoko tertembak oleh kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) (Dok.TNI)
Terkait pengadangan dan penembakan kepada tim, Benny menegaskan, anggota TGPF sempat mengalami trauma, namun tidak berlangsung lama.
”Sebagian besar anggota tim tidak dididik militer atau kepolisian, tentu shock, tetapi kami tidak larut, kami tidak gentar dengan cara-cara seperti itu, kami tetap bekerja karena kami ada target, waktu kami pendek 14 hari. Tim kami solid dan punya komitmen tidak kenal menyerah,” ujar dia.
Benny pun berterima kasih kepada gubernur, pangdam, kapolda, danrem, dandim, bupati, serta seluruh jajaran dan satgas di Papua, karena dukungan bantuan dan pengamanan ekstra ketat, semua berjalan dengan baik.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kemenko Polhukam membentuk TGPF Intan Jaya berdasarkan Surat Keputusan Nomor 83 Tahun 2020 bertanggal 1 Oktober 2020, guna mengusut peristiwa kekerasan di kabupaten itu.
Empat warga negara Indonesia di sana jadi korban tembak selama 17-20 September 2020. Mereka adalah seorang warga sipil bernama Baidowi, dua personel TNI Serka Sahlan dan Pratu Dwi Akbar, serta Pendeta Yeremia Zanambani.
Saat TGPF melakukan investigasi di lapangan, Kepala Penerangan (Kapen) Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III Kolonel Czi Gede Nyoman Suriastawa memberikan informasi bahwa ada anggota TGPF Intan Jaya Bambang Purwoko tertembak oleh orang tak dikenal.
“Bambang Purwoko luka tembak di pergelangan kaki kiri dan pergelangan tangan kiri, kondisi sadar,” kata Suriatawa saat dikonfirmasi, Jumat, 9 Oktober 2020.
Selain Bambang Purwoko, satu prajurit TNI juga mengalami luka tembak saat mengawal investigasi TGPF Intan Jaya. “Sertu Faisal Akbar (Satgas Apter Hitadipa), luka tembak di pinggang, kondisi sadar,” ujar Suriatawa.