Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Para cast film dokumenter Dirty Vote. (Dok. Dirty Vote)
Para cast film dokumenter Dirty Vote. (Dok. Dirty Vote)

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Tim Nasional Pemenangan Anies-Muhaimin (Timnas AMIN), Eva Sundari, menyampaikan, film Dirty Vote mengulas kesalahan ketiga kandidat capres dan cawapres 2024 sesuai derajatnya masing-masing.

Eva menyampaikan, Timnas AMIN mempersilakan para pemilih untuk menimbang masing-masing kesalahan ketiga kandidat capres dan cawapres 2024 sebelum menentukan pilihannya pada hari pencoblosan, Rabu (14/2/2024).

Dia meyakini, film tersebut akan efektif untuk mempengaruhi para pemilih supaya tidak golput. Tidak hanya itu, dia juga meyakini, film yang dibintangi tiga ahli hukum tata negara itu dapat mempengaruhi para pemilih bimbang untuk menentukan pilihannya. 

"Itu akan efektif membantu swing dan undecided voters yang punya akses ke internet," kata Eva Sundari kepada IDN Times saat dihubungi, Selasa (13/2/2024).

"Semoga menyadarkan golput bahwa coblosan mereka menentukan siapa pemenang pilpres, cari yang bobot buruknya paling sedikit karena tidak ada paslon yang sempurna," ucapnya. 

1. Tak perlu bersikap reaktif menanggapi film Dirty Vote

Para cast film dokumenter Dirty Vote. (Dok. Dirty Vote)

Menurut Eva, film Dirty Vote merupakan karya intelektual dari para ahli. Semua fakta yang dibeberkan dalam film itu dikonsepkan jadi mozaik-mozaik sehingga membentuk gambaran besar tentang pelaksanaan pemilu yang diwarnai dengan sejumlah kecurangannya. 

Eva mengajak semua pihak dari masing-masing ketiga kandidat untuk tidak perlu bersikap reaktif terhadap adanya indikasi kecurangan yang diungkap dalam film tersebut. Kubu AMIN, kata dia, berterima kasih karena melalui film ini dapat menjadi pendidikan politik bagi masyarakat terkait pelaksanaan Pemilu 2024.

"AMIN berterima kasih dan ini membantu AMIN untuk melakukan pendidikan politik sementara kita berharap pemilih menyandingkan kesalahan yang dilakukan oleh AMIN dengan berbagai hal positif yang juga AMIN lakukan," ucapnya. 

2. Timnas AMIN persilakan para pemilih menimbang kesalahan ketiga paslon

Suasana pemilu di Turki. (dok. PPLN Ankara)

Lebih lanjut, Eva mengatakan, pihaknya mempersilakan kepada para pemilih untuk menimbang kesalahan dari masing-masing ketiga kandidat. 

Menurutnya, pemilih mendapatkan tambahan data dan informasi terkait keunggulan masing-masing kandidat sebelum menentukan mencoblos capres dan cawapres pada esok hari.

"Respons kita, ayo diperbaiki pada saat-saat terakhir di saat pemilih mendapatkan tambahan data dan fakta tentang masing-masing paslon dengan minusnya masing-masing," ucapnya. 

3. Reaksi Anies usai nonton film Dirty Vote

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla menerima capres nomor urut satu, Anies Baswedan di acara ulang tahun sang istri, Mufidah Jusuf Kalla. (IDN Times/Amir Faisol)

Sebelumnya, Capres Nomor Urut 1, Anies Baswedan mengaku telah menonton film Dirty Vote. Anies menegaskan, melalui film berdurasi hampir dua jam itu, ada tanda-tanda kecurangan yang terjadi pada Pemilu 2024. Oleh karena itu, dia mengajak semua pihak untuk sama-sama mengawal supaya kecurangan itu tidak terjadi.

"Jadi itu semua apakah peristiwa-peristiwa itu tanda-tanda akan ada kecurangan, iya. Itu tanda-tandanya, apakah terjadi? Nah, kita harus lihat tanggal 14 (Februari 2024)," kata Anies.

Eks Gubernur DKI Jakarta itu mengingatkan semua pihak supaya tidak melawan kehendak rakyat melalui pemilu. Ia lantas menganalogikan pemilu sebagaimana pertandingan sepak bola. 

Menurut dia, bila pertandingan sepak bola diatur sampai skors yang akan diterima oleh tim tertentu, maka rakyat akan murka. Hal itu juga akan terjadi pada pemilu.

"Hati-hati dengan rakyat karena rakyat akan merespons seluruh tindak kecurangan itu dengan cara yang kita tidak tahu," kata dia."Jadi betul harus hati-hati, jangan pernah melawan yang disebut sebagai kemauan rakyat dalam sebuah pemilu, itu jangan dimanipulasi," imbuhnya.

Diketahui, film Dirty Vote dibintangi tiga ahli hukum tata negara, yakni Zainal Arifin Mochtar (Universitas Gadjah Mada), Bivitri Susanti (Universitas Indonesia), dan Feri Amsari (Universitas Andalas).

Dalam film ini, mereka memaparkan berbagai instrumen kekuasaan telah digunakan untuk tujuan memenangkan Pemilu 2024, sekalipun prosesnya menabrak hingga merusak tatanan demokrasi. Zainal Arifin berharap, analisis yang dijabarkan tiga pakar bisa menjadi dasar 'penghukuman'.

“Tolong jadikan film ini sebagai landasan untuk Anda melakukan penghukuman,” kata dia.

Sementara Bivitri menjelaskan, film ini menunjukkan adanya dugaan kecurangan yang luar biasa dalam proses Pemilu 2024.

“Banyak orang yang akan makin paham bahwa memang telah terjadi kecurangan yang luar biasa, sehingga pemilu ini tidak bisa dianggap baik-baik saja,” ujar Bivitri.

 

Baca berita terbaru terkait Pemilu 2024, Pilpres 2024, Pilkada 2024, Pileg 2024 di Gen Z Memilih IDN Times. Jangan lupa sampaikan pertanyaanmu di kanal Tanya Jawab, ada hadiah uang tunai tiap bulan untuk 10 pemenang.

Editorial Team