Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali (tengah) mempersilahkan Mantan KSAL Laksamana TNI (Purn.) Soeparno (kanan) usai berfoto bersama saat berlangsungnya Seminar Internasional Kapal Selam di Jakarta, Selasa (14/5/2024). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali (tengah) mempersilahkan Mantan KSAL Laksamana TNI (Purn.) Soeparno (kanan) usai berfoto bersama saat berlangsungnya Seminar Internasional Kapal Selam di Jakarta, Selasa (14/5/2024). (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Jakarta, IDN Times - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Muhammad Ali tak menampik bahwa Indonesia segera memiliki dua tambahan kapal selam buatan Prancis. Alutsista yang hendak diboyong oleh Indonesia adalah kapal selam Scorpene Evolved berkekuatan baterai Lithium-Ion (LiB). 

Pengadaan dua kapal selam itu ditandai dengan adanya penandatanganan kontrak antara Kementerian Pertahanan dengan Naval Group pada 2 April 2024 lalu. Rencananya dua kapal selam itu akan dibangun di galangan kapal PT PAL melalui transfer teknologi. 

Namun, menurut Ali untuk pembuatan satu kapal selam membutuhkan waktu lima hingga tujuh tahun. Di sisi lain, jumlah kapal selam yang dimiliki oleh TNI AL dan siap tempur hanya empat unit. Oleh karena itu TNI AL belum menyiapkan calon pengawak Scorpene. 

"Karena proses pembuatannya memakan waktu tahunan. Jadi, kami belum bisa siapkan sekarang (calon pengawak Scorpene)," ujar Ali seperti dikutip dari keterangan tertulis TNI AL pada Kamis (16/5/2024). 

Lebih lanjut, kata Ali, sambil menunggu pembuatan dua kapal selam, TNI AL membutuhkan kapal selam interim. Sebab, idealnya, Indonesia diperkuat oleh 12 kapal selam untuk menjaga wilayah perairan Indonesia yang luasnya mencapai 6,4 juta kilometer persegi. 

1. Dua kapal selam belum dibangun di PT PAL, menunggu kontrak pembelian efektif

Kementerian Pertahanan teken kontrak dengan Naval Group untuk pembelian dua kapal selam Scorpene Evolved Full LiB. (www.x.com/@navalgroup)

Lebih lanjut, Ali mengatakan dua kapal selam pesanan Indonesia belum dibangun di galangan PT PAL. Sebab, TNI AL masih menunggu kontrak pembelian efektif. 

"Ini akan dimulai setelah kontrak efektif. Harapannya bisa langsung dikerjakan di PT PAL. Harapannya juga mulai dari kapal pertama akan dibangun di PT PAL. Pihak Naval Group sudah bersedia untuk membangun kapal selam dari awal di PT PAL," ungkap Ali. 

Ia menambahkan di era Orde Lama, Indonesia pernah diperkuat 12 kapal selam kelas Whiskey. Namun, kapal-kapal itu pensiun atau berhenti beroperasi di rentang waktu awal 1980-an. Kapal-kapal selam itu sempat memperkuat TNI AL selama sekitar 30 tahun. 

Atas dasar itu, ia menyebut idealnya perairan Indonesia dijaga oleh 12 kapal selam yang siap tempur. Saat ini, TNI AL hanya memiliki empat kapal selam. 

"Yang optimum mungkin 12 (kapal selam). Dulu di era Orde Lama, era pemerintahan Presiden Sukarno, kita punya 12 kapal selam. Ke depan, kita mungkin punya kapal selamnya besar 12. Kapal selam yang lain kecil atau unmanned system (kapal selam nirawak) ya," tutur dia lagi. 

2. TNI AL butuh kapal selam interim sambil menunggu pembuatan Scorpene selesai

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Muhammad Ali pimpin operasi laut dengan meluncurkan rudal khusus. (Dokumentasi TNI AL)

Ali juga menyebut lantaran pembuatan dua unit Scorpene membutuhkan waktu tujuh tahun ke depan, maka dibutuhkan kapal selam interim. Itu pula salah satu alasannya ia sering berkunjung ke beberapa negara. 

"Tidak menutup kemungkinan pilihannya dari berbagai negara yang sudah saya kunjungi. Karena seperti yang disampaikan oleh Bapak Prabowo, kita butuh kapal selam yang banyak," tutur dia. 

Dalam setahun terakhir, Laksamana Ali didampingi pejabat Markas Besar TNI AL  telah berkunjung ke beberapa negara dan bertemu dengan galangan kapal asing. Salah satu tujuannya untuk melihat teknologi kapal selam konvensional dan kapal selam nirawak. Beberapa negara yang dikunjungi antara lain Jerman, Uni Emirat Arab (UEA), Italia, dan China.

"Jadi, kami meninjau semua industri galangan kapal selam terkemuka, khususnya untuk kapal selam konvensional ya non-nuklir. Tetapi dia sudah menggunakan pendorongan yang modern seperti Lithium-ion battery, atau pendorongan-pendorongan yang lain yang sekarang sedang digiatkan oleh para industri kapal selam," katanya. 

3. Indonesia hanya punya empat kapal selam siap tempur

Spesifikasi Kapal Selam Alugoro-405 milik TNI Angkatan Laut (AL). (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara, TNI Angkatan Laut kini tinggal memiliki empat kapal selam, setelah KRI Nanggala 402 tenggelam di perairan utara pulau Bali pada Rabu, 21 April 2021. Dari empat kapal selam itu, hanya tiga yang masih beroperasi yakni KRI Kapal Selam Nagapasa-403, KRI Kapal Selam Ardadedali-404, dan KRI Kapal Selam Alugoro-405. 

"Tiga lainnya merupakan kelas Chang Bogo buatan Korea Selatan. Saat ini siap untuk melaksanakan kegiatan operasi," ujar Laksmana Madya TNI Ahmad Heri Purwono ketika masih menjabat sebagai Wakil KSAL pada 2021 lalu.

Ali menjelaskan, tiga kapal selam buatan Negeri Ginseng merupakan jenis 209 dengan berat 1.400 ton. Terbaru yang diterima TNI AL adalah kapal selam Alugoro-405 yang dibuat PT PAL Indonesia bekerja sama dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korsel, pada 17 Maret 2021.

Berdasarkan keterangan dari Kementerian Pertahanan, KRI Alugoro 405 memiliki kemampuan jelajah selama 50 hari. Life time mencapai 30 tahun. 

Editorial Team