Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
(Dokumentasi TNI AU)
Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Wakasau) Marsekal Madya TNI Tedi Rizalihadi memimpin inspeksi pengadaan enam unit jet tempur T-50i di Korean Aerospace Industries di Korea Selatan. (Dokumentasi TNI AU)

Intinya sih...

  • Dua unit T-50i pertama tiba di Indonesia pada November 2025

  • Pesawat T50-i akan memperkuat Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi

  • Jet tempur T-50i digunakan untuk berlatih sebelum gunakan jet F-16

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pengadaan alutsista untuk militer Indonesia terus berlanjut pada tahun 2025. Salah satu alutsista yang segera tiba di Tanah Air adalah jet tempur T-50i buatan Korean Aerospace Industries (KAI), Korea Selatan. Indonesia membeli enam unit pesawat tempur T-50i pada 2021 lalu dengan nilai kontrak USD240 juta atau setara Rp3,4 triliun.

Pesawat tempur ini merupakan digunakan sebagai jet latih supersonik untuk TNI AU. Perkembangan pembelian jet tempur latih ini diawasi langsung oleh Wakil Kepala Staf TNI AU (Wakasau) Marsekal Madya TNI Tedi Rizalihadi.

"Kegiatan ini dilaksanakan untuk meninjau langsung perkembangan pengadaan enam unit pesawat T-50i yang nantinya akan memperkuat TNI AU," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama I Nyoman Suadnyana di dalam keterangan tertulis pada Selasa (30/9/2025).

Tedi dan delegasi disambut oleh Senior Executive Vice President KAI, Jae-Byoung Cha. Dalam inspeksi itu Tedi diberikan penjelasan mengenai spesifikasi jet tempur latih tersebut. Perwira tinggi TNI AU itu juga sempat melihat jet tempur T50-i yang ada di hanggar.

1. Dua unit T-50i pertama direncanakan tiba di Indonesia pada November 2025

Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Wakasau) Marsekal Madya TNI Tedi Rizalihadi memimpin inspeksi pengadaan enam unit jet tempur T-50i di Korean Aerospace Industries di Korea Selatan. (Dokumentasi TNI AU)

Lebih lanjut, kata Nyoman, ketibaan jet tempur latih T-50i di Indonesia dilakukan secara bertahap. Dua pesawat pertama direncanakan tiba pada November 2025. Sedangkan, pesawat lainnya akan dikirim belakangan.

"Penambahan kekuatan ini merupakan bagian dari program modernisasi Alat Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) untuk meningkatkan kesiapan tempur TNI AU," ujar Nyoman.

2. Pesawat T50-i akan memperkuat Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi

Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Wakasau) Marsekal Madya TNI Tedi Rizalihadi memimpin inspeksi pengadaan enam unit jet tempur T-50i di Korean Aerospace Industries di Korea Selatan. (Dokumentasi TNI AU)

Sebelumnya, TNI AU akan memperkuat Skadron Udara 15 Wing 3 Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur. Saat ini Indonesia memiliki 15 unit T-50i Golden Eagle setelah insiden kecelakaan serius yang terjadi pada Desember 2015.

Ketika itu, T-50 Golden Eagle yang tengah melakukan aksi akrobatik terbang rendah dalam acara Yogya Airshow di Lapangan Udara TNI Adisucipto meluncur dengan cepat ke area lapangan di belakang bandara. Pilot dan seorang kru jet meninggal dunia.

3. Jet tempur T-50i digunakan untuk berlatih sebelum gunakan jet F-16

Dua pesawat T-50 Golden Eagle dan satu F-16 Fighting Falcon bakal ikut demo HUT ke-77 TNI Angkatan Udara. (www.instagram.com/@militer.udara)

T-50i Golden Eagle dikembangkan KAI dengan bantuan produsen jet tempur AS, Lockheed Martin, sebagai salah satu jet dengan kemampuan serang yang ringan.

Peneliti pertahanan dan militer senior Marapi Consulting & Advisory, Beni Sukadis, mengatakan T-50 telah menjadi bagian dari skuadron TNI sejak 2013. Oleh angkatan udara Indonesia, jet ini digunakan untuk melatih para pilot agar dapat menerbangkan pesawat tempur F-16.

"Sebagai pesawat latih, sudah cukup memadai untuk transisi ke pesawat F-16. T-50 memiliki kemampuan membawa senjata, tapi senjata ringan, yaitu kanon ukuran kecil 20 mm, misil air to intercept (AIM) jarak menengah, juga bom cluster," kata Beni pada 2021 lalu.

Beni menilai rencana penambahan enam armada T-50 bagi TNI AU sudah cukup untuk menyokong pengembangan kapasitas personel. “Untuk jumlah pesawat latih, saya pikir itu masih cukup,” ujarnya.

Editorial Team