Jakarta, IDN Times - Puncak acara KTT G20 yang digelar di Bali tersisa lima bulan lagi. Sebagai persiapan, Komando Daerah Militer (Kodam) IX/Udayana menggelar simulasi penanggulangan teror di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, pada Kamis 16 Juni 2022 lalu.
Dalam simulasi tersebut, sejumlah tim personel TNI menampilkan kemampuan bertarung tanpa senjata, kemampuan menyelamatkan sandera, menyusup ke markas teroris, hingga meledakkan markas teroris.
Dikutip dari kantor berita ANTARA, Panglima Daerah Militer (Pangdam) IX/Udayana Mayjen TNI Sonny Aprianto mengatakan, ada sejumlah tim elite yang ikut dilibatkan. Mulai dari Batalyon Infanteri Raider 900/Satya Bhakti Wirottama, Batalyon Infanteri Mekanis 741/Garuda Nusantara, Batalyon Zeni Tempur 18/Yudha Karya Raksaka, dan Detasemen Kavaleri 4/Shima Pasupati.
Melalui simulasi itu, Sonny ingin menyampaikan ke publik bahwa TNI, Polri, dan BIN (Badan Intelijen Negara) siap menanggulangi berbagai potensi ancaman keamanan selama penyelenggaraan G20. Termasuk kemungkinan aksi teror dan penculikan delegasi.
"Tadi kalau kita lihat simulasi yang ditunjukkan prajurit Kodam IX/Udayana ini, kami hanya menunjukkan kepada masyarakat bahwa Kodam IX/Udayana, Polda Bali, Polda NTB, Polda NTT, BIN Daerah (Binda) Bali, Binda NTT, dan Binda NTB siap mengamankan kegiatan dalam Presidensi G20 ini," kata dia.
Ia menambahkan, lantaran KTT G20 itu bakal dihadiri oleh 20 pemimpin negara, menteri dan pejabat tinggi lainnya, maka faktor keamanan merupakan sesuatu yang tak bisa ditoleransi.
"Kami sudah memetakan hakikat ancaman yang diperkirakan akan timbul, sehingga kami antisipasi dari jauh-jauh hari saat ini untuk mengeliminasi (mencegah) supaya itu tidak terjadi," tutur dia.
Lalu, bagaimana jalannya simulasi pengamanan aksi teror oleh TNI?
