Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
KRI DR Radjiman Wedyodiningrat-992 kembali ke Indonesia usai bertugas di Mesir. (Dokumentasi TNI AL)
KRI DR Radjiman Wedyodiningrat-992 kembali ke Indonesia usai bertugas di Mesir. (Dokumentasi TNI AL)

Intinya sih...

  • Puluhan ribu pasukan TNI yang dikirim punya pengalaman tugas kemanusiaan

  • Pengiriman pasukan perdamaian tidak selalu lewat mandat PBB

  • Pasukan ISF rencananya dilarang membawa senjata berat di Gaza

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Mabes TNI menyatakan pihaknya telah menyiapkan peralatan khusus di bidang kesehatan untuk dikirim bersamaan dengan puluhan ribu prajurit untuk misi perdamaian ke Gaza, Palestina. Sejumlah peralatan kesehatan yang dikirim, antara lain rumah sakit lapangan, perlengkapan air bersih dan sanitasi, serta rumah sakit lapangan.

"Jadi, yang sudah kami siapkan seperti fasilitas rumah sakit lapangan, peralatan medis emergensi, ambulans, perlengkapan air bersih dan sanitasi serta kemampuan konstruksi Zeni. Itu juga termasuk alat berat dan sarana rekonstruksi," ujar Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Mayjen TNI Freddy Ardianzah ketika dikonfirmasi Sabtu (15/11/2025).

Ia menambahkan, ragam peralatan kesehatan tersebut akan dipakai pasukan perdamaian untuk melayani warga korban perang. Sementara, peralatan konstruksi yang dibawa pasukan Zeni akan digunakan untuk membangun beberapa fasilitas umum dan warga.

Di sisi lain, Indonesia hingga kini masih belum mendapatkan restu dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengirimkan pasukan perdamaian ke Gaza. Pasukan yang disebut International Stabilization Force (ISF) merupakan bagian dari fase kedua dari kesepakatan damai antara Palestina dan Israel.

1. Puluhan ribu pasukan TNI yang dikirim punya pengalaman tugas kemanusiaan

Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI, Brigjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah di Mabes TNI. (Dokumentasi Puspen TNI)

Freddy mengatakan, 20 ribu pasukan TNI yang direncanakan akan dikirim ke Gaza punya kompetensi khusus dan telah berpengalaman untuk bertugas di bidang kemanusiaan. Puluhan ribu prajurit TNI, kata jenderal bintang dua itu, sudah terbiasa menjalani Operasi Militer Selain Perang (OMSP) di dalam maupun di luar negeri.

"Personel tersebut berasal dari satuan yang rutin menjalani pembinaan OMSP dan misi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), sehingga kemampuan dasar, interoperabilitas, kesiapsiagaan logistik, dan operasi di berbagai medan sudah terbentuk," ujar jenderal dari satuan marinir TNI Angkatan Laut (AL) itu.

Ia mengatakan, puluhan ribu personel TNI yang akan dikirim terdiri dari pasukan di bidang kesehatan dan satuan Zeni untuk pembangunan konstruksi.

2. Pengiriman pasukan perdamaian tidak selalu lewat mandat PBB

Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Sjafrie Sjamsoeddin menerima kunjungan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Yordania (Chairman of the Joint Chief of Staff, Jordan Armed Forces-Arab Army), Mayor Jenderal Yousef Ahmed Al-Huneiti (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Sementara itu, Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, opsi pengiriman pasukan perdamaian ke Gaza, Palestina, tidak selalu lewat mandat Perserikata Bangsa-Bangsa (PBB). Ada satu opsi lainnya yang tengah dicoba, yaitu melalui organisasi internasional yang diinisiasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

"Ada dua alternatif (pengiriman pasukan perdamaian). Alternatif pertama adalah di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Yang kedua adalah di bawah persetujuan organisasi internasional yang diinisiasikan oleh Presiden Amerika Serikat," ujar Sjafrie di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat pada Jumat, 14 November 2025.

Ia pun tak menampik proses kesepakatan untuk pengiriman pasukan perdamaian ke Gaza harus melewati pembicaraan panjang. Selain itu, juga dibutuhkan kesepakatan bersama dengan sejumlah negara terkait, termasuk dari Israel.

"Bagi Indonesia, kami akan semua terlibat mendukung apabila semua negara yang punya kompetensi itu setuju atas keterlibatan Indonesia, terutama bagi negara-negara Arab, yaitu Arab Saudi, Yordania, Mesir, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA). Jadi ada lima yang kalau itu menyatakan silakan, maka Indonesia dengan senang hati akan melibatkan. Tentu saja Israel, karena Israel adalah bagian yang sangat kompeten di dalam persoalan ini," tutur purnawirawan jenderal tersebut.

3. Pasukan ISF rencananya dilarang membawa senjata berat di Gaza

Ilustrasi satgas TNI yang bergabung di Pasukan Perdamaian PBB. (ANTARA FOTO/M. Agung Rajasa)

Sedangkan sumber-sumber The National mengatakan, pasukan tersebut diputuskan tidak akan memiliki senjata berat, hanya mengandalkan senjata api pertahanan diri dan kendaraan lapis baja

Pasukan tersebut awalnya akan dikerahkan di wilayah-wilayah di mana militrer Israel sudah ditarik. Mereka akan memperluas wilayah penempatannya ketika militer Israel memberlakukan penarikan lebih lanjut berdasarkan rencana Presiden Donald Trump.

Nantinya, mereka akan bekerja bersama sekitar 3.000 warga Palestina yang ditunjuk oleh Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah. Sumber itu juga menyebut warga Palestina akan bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen dan keamanan preventif di Gaza.

Beberapa dari mereka telah dilatih oleh Mesir dan Yordania. Namun, pasukan ISF tidak akan memasuki jalur keamanan yang diusulkan Israel yang akan membentang di sisi perbatasan Gaza, sepanjang 1,5 kilometer (km) di beberapa wilayah.

Mandat pasukan yang diusulkan tersebut mencakup pengawasan pembangunan rumah sakit lapangan untuk mengompensasi kerusakan signifikan yang dialami oleh fasilitas kesehatan di wilayah tersebut. Pasukan tersebut juga diberi mandat untuk memperbaiki toko roti dan lokasi infrastruktur vital lainnya.

Editorial Team