Lambang Partai Buruh (dok Partai Buruh)
Terkait polemik kenaikan harga BBM yang disebabkan membengkaknya subsidi pada APBN, Said menyampaikan sejumlah solusi yang bisa dijalankan pemerintah.
Dia menyebutkan, solusi pertama yang bisa dilakukan ialah memberikan BBM bersubsidi kepada kendaraan tertentu, seperti sepeda motor, angkutan umum, dan jenis transportasi publik lainnya.
"Solusi yang ditawarkan Partai Buruh dan organisasi kelas pekerja, pertama pisahkan antara pengguna BBM yang bersubsidi dengan yang tidak bersubsidi, misal sepeda motor, angkutan umum, dan sarana kendaraan publik lainnya tidak mengalami harga kenaikan Pertalite atau Premium," ujar Said.
Lebih lanjut, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) itu menilai, seharusnya kategori pemakaian BBM bersubsidi tidak bergantung pada besaran CC (cubical centimeter) mesin kendaraan roda empat. Dia menyarankan lebih baik dikategorikan berdasarkan tahun produksi.
Dengan demikian masyarakat tidak disulitkan dengan kewajiban registrasi MyPertamina. Nantinya masyarakat hanya perlu menunjukkan STNK.
"Bagi mobil-mobil, jadi bukan CC mesinnya. Partai Buruh berpendapat tahun pembuatannya, karena itu menjelaskan siapa yang menggunakan. Gak mungkin orang kaya misalnya menggunakan mobil 1999 atau 2000," kata Said.
"Maka penggunaan mobil yang boleh beli BBM bersubsidi ialah, misalnya, mobil yang keluaran 2005 ke bawah. Tapi mobil yang di atas 2005, mau CC berapa pun dia wajib menggunakan BBM yang tidak disubsidi seperti Pertamax. Itu lebih mudah gak usah perlu pakai MyPertamina, cukup tunjukkan STNK saja," sambung dia.