Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat ia meninggalkan Rose Garden di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, pada 7 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner
Di luar ruang kampanye, berkumpul massa yang menolak kehadiran Trump. Presiden AS ke-45 itu mengklaim bahwa demonstran inilah yang menyebabkan ruangan BOK Center sepi dari pengunjung. Mereka khawatir akan menjadi korban kekerasan dari para demonstran.
“Lihat apa yang terjadi malam ini. Penegak hukum mengatakan ‘Pak, mereka tidak boleh berada di luar, terlalu berbahaya’. Kita menghadapi segerombolan maniak yang datang dan menyerang kota kita. Wali kota dan gubernur telah melakukan pekerjaan hebat. Tapi mereka sangat kasar,” kata Trump.
Satu jam sebelum Trump berdiri di panggung utamanya, sekumpulan aktivis kemanusiaan, pemimpin kulit hitam, dan tokoh agama menggelar konferensi pers berharap wali kota membatalkan acara tersebut.
Satu hari sebelum kampanye, warga AS merayakan Juneteenth, biasa disebut Hari Kebebasan atau Hari Emansipasi. Para aktivis tidak ingin momentum Juneteenth yang digunakan untuk menghormati korban Tragedi “Hitam” Tulsa 1921 dicemari oleh kampanye dari seorang yang rasis.
Sementara, Gubernur Oklahama, Kevin Sitt, yang juga seorang politikus Partai Republik, meyakini bahwa kampanye Trump tidak akan memunculkan klaster COVID-19 yang baru. Dia juga meyakini, kampanye di Tulsa merupakan simbol bahwa AS siap membuka kembali segala aktivitasnya.
“Alasan kenapa dia (Trump) memilih kampanye di sini karena data-data baik yang kami punya, karena kami adalah salah satu negara bagian yang sudah membuka kembali. Dia ingin menunjukkan itu,” kata Kevin.