Artikel ini merupakan jawaban dari pertanyaan terpilih yang masuk ke fitur#MillennialsMemilih by IDN Times. Bagi pembaca yang punya pertanyaan seputar Pilpres 2019, bisa langsung tanyakan kepada redaksi IDN Times.
Jakarta, IDN Times - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman mengisyaratkan kadernya agar tak fokus berkampanye secara positif saja, menurutnya kampanye dengan cara negatif juga diperlukan. Pernyataan tersebut menuai pro dan kontra.
"Silahkan antum melakukan positive campaign-nya 80 persen masuk ke negative campaign 20 persen. Itu boleh. Sebab publik harus tahu calon ini apa kelemahannya," ujar Sohibul Iman pada Sabtu (14/10) lalu.
Lebih lanjut Sohibul mengatakan bahwa negative campaign adalah dengan menunjukan kelemahan berdasarkan fakta.
"Negative campaign adalah kampanye yang kita angkat kelemahan lawan kita, tetapi ada faktanya. Enggak bohong itu namanya negative campaign, itu boleh, sebab publik harus tahu calon ini apa kelemahannya," terang dia.
Imbauan ini menuai kritik namun ada juga yang ikut mengamininya. Salah satunya adalah Politisi Partai Demokrat yakni Ferdinand Hutahaean yang ikut sepakat.
"Kampanye negatif itu secara aturan boleh dan diizinkan. Yang tidak boleh itu adalah kampanye hitam," ujar Ferdinand.
Menanggapi hal tersebut, Tim Kampanye Nasional Jokowi ikut angkat bicara, bahwa pihaknya lebih memilih lakukan kampanye kreatif.
"Kami tidak melakukan kampanye negatif, apalagi kampanye hitam. Kami akan kampanye secara fun dan mengutamakan kampanye kreatif," ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Dwi Badarmanto Selasa (16/10).
Sebenarnya apa itu Negative dan Positive Campaign itu jika dilihat dari kacamata regulasi dan bagaimana definisinya.