Jakarta, IDN Times - Dosen dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, mengaku menerima sejumlah tindakan intimidasi usai melaporkan dua anak Presiden Joko "Jokowi" Widodo ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Intimidasi yang diterima mulai dari memberikan pernyataan makian di akun media sosialnya hingga beberapa orang yang sempat memantau kondisi rumahnya.
Ubedilah melaporkan Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep karena diduga telah melakukan tindak pidana pencucian uang dan atau tindak pidana korupsi.
"Yang paling tinggi intensitasnya (intimidasi) memang melalui akun media sosial saya. Mereka menggunakan diksi yang sarkastis, mulai dari nama-nama binatang hingga diksi nyawa," ungkap Ubedilah melalui pesan pendek kepada IDN Times, Senin (17/1/2022).
"Maksud kata nyawa itu ditulis di medsos 'nyawalah yang jadi taruhannya'," katanya.
Ia menambahkan dua hari lalu, seseorang yang tidak dikenal sempat mendatangi kediaman pribadinya dengan menggunakan kendaraan roda dua. Tetapi, ia hanya bisa berada di depan rumah Ubedilah selama 20 menit karena sopir tetangga ada yang datang menghampiri individu tersebut.
Lain waktu, ia sempat melihat sejumlah nomor asing menghubunginya di malam hari. Namun, ia memilih tak mengangkatnya. Meski sedang menjadi sorotan, Ubedilah tetap berbaik sangka orang yang menghubunginya bukan untuk meneror.
"Ya, ini mungkin sekedar ingin memberikan tekanan psikologis saja. Tapi, saya bawa enjoy saja," katanya.
Lalu, apakah setelah rentetan intimidasi yang diterima membuat Ubedilah berpikir ulang dan mencabut laporannya dari KPK?