Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno saat melakukan kunjungan kerja di Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali, Jumat (3/5/2024). Kunjungan tersebut untuk meninjau persiapan perhelatan World Water Forum (WWF) ke-10 yang diselenggarakan pada 18--25 Mei 2024. (Foto: Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif)
Filosofi air bagi masyarakat Bali juga ditegaskan oleh Sekretaris DPP Peradah Indonesia Bali, I Ketut Eriadi Ariana, yang bergelar Jero Penyarikan Duuran Batur, saat menjadi pembicara.
Dia mengatakan, masyarakat Bali menganggap air sebagai representasi manusia secara menyeluruh, baik di dalam maupun di luar.
“Ketika mata air hilang, pikiran orang Bali pun hilang. Ada teks kuno Bali yang membicarakan soal pengelolaan air dan berbagai aturan cara menjaga dan merawat air. Subak tidak hanya sekadar terasering, tapi merupakan bentuk solidaritas,” katanya dalam diskusi tersebut.
Dalam mengatasi berbagai tantangan isu air, butuh kolaborasi bersama, termasuk pemberdayaan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan petani, serta melakukan edukasi secara berkelanjutan. “Saya tekankan bahwa tata kelola air dunia, harus didasari oleh nilai solidaritas dan konektivitas sehingga bisa keluar dari malapetaka air,” katanya.
Selama penyelenggaraan World Water Forum ke-10, peserta dan pengunjung juga bisa menyaksikan pameran jejak rempah bertajuk “Telu, Spice Market, Balinese Culture Art” dan “Subak Cultural Landscape” di Museum Pasifika, Nusa Dua, Bali, mulai 21-25 Mei 2024. (Ni Ketut Sudiani/Ayu Sulistyowati/Firda Puri/TR/Elvira Inda Sari). (WEB)