Jakarta, IDN Times - Universitas Pertahanan memberikan gelar profesor kehormatan atau Guru Besar Tidak Tetap Ilmu Pertahanan Bidang Kedokteran Militer bagi Letnan Jenderal (Purn) Terawan Agus Putranto, Rabu (12/1/2022). Ia dianggap pantas diganjar gelar tersebut karena pengabdiannya selama ini sebagai dokter di rumah sakit TNI.
"Dedikasi dan pengabdian diberikan sebagai tenaga medis di berbagai rumah sakit TNI, banyak mendapat penghargaan. Bahkan, beberapa kali juga tergabung dalam satuan tugas militer dan dilaksanakan dengan tuntas," ungkap Rektor Unhan, Laksamana Madya TNI Amarulla Octavian, ketika memimpin sidang pengukuhan yang dapat disaksikan secara daring.
Amarulla juga dianggap memiliki kompetensi, pengetahuan dan prestasi yang luar biasa, sepanjang berkarier di lingkungan TNI. "Beliau juga pernah ditunjuk menjadi tim dokter kepresidenan mulai 2009, hingga menjabat sebagai Kepala RSPAD Gatot Soebroto periode 2015-2019," kata dia.
Selain memegang jabatan bergengsi di dalam negeri, Amarulla mengatakan, Terawan juga menjabat Ketua The International Committee of Military Medicine (ICMM) periode 2015-2017. Poin penting lain menurut Unhan, yakni Terawan mampu menciptakan dan merumuskan pertahanan kesehatan nasional, melalui sebuah teori yang terkait dengan metode 'cuci otak' bagi penderita stroke.
"Brain washing ini sendiri bukan cuci otak yang selama ini dipahami masyarakat, melainkan endovaskular treatment atau neurovaskular intervention. Teknik dasarnya adalah DSA (digital substraction angiography) yang berguna untuk diagnostik," tutur dia.
Namun, menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), teknik DSA yang digagas Terawan belum teruji klinis. Bahkan, IDI pada 2018 memecat sementara Terawan dari keanggotaan organisasi dokter tersebut. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI menilai tak seharusnya Terawan mengaplikasikan metode pengobatan yang belum terbukti lewat uji klinis.
Lalu, apa tanggapan Terawan usai diberi gelar profesor kehormatan dari Unhan?