Puluhan pedagang di Pasar Ngemplak Tulungagung ikut rapid test. Dok. Istimewa
Senada dengan Tri, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok, Alif Noeriyanto Rahman mengatakan, mobilitas tinggi pada kelompok usia produktif menjadi penyebab mereka gampang tertular. Akan tetapi, ia tak sepaham dengan pendapat yang menyebut penularan bukan karena transmisi lokal.
Dalam pandangannya, kemungkinan mereka tertular karena transmisi lokal sangat besar terjadi, seiring banyaknya titik-titik keramaian, terlebih saat masa Ramadan kini dan jelang Hari Raya Lebaran.
“Misal dalam rangka menyambut tradisi Lebaran. Itu bisa dilihat apakah itu yang banyak tertular perempuan atau laki-laki. Kalau perempuan lebih banyak, yang kemungkinan karena sibuk untuk mempersiapkan kebutuhan keluarganya untuk sambut lebaran. Kalau laki-laki, ya memang karena aktivitas kerjanya yang memang harus diselesaikan mendekati Lebaran,” kata Alif kepada IDN Times, Rabu.
Alasan penularan secara transmisi lokal berkaitan dengan temuan kasus positif baru usai dilakukannya screening massal di tempat keramaian, semisal di pasar, terlebih di pasar swalayan.
“Kita bisa lihat rapid test massal di pasar, yang mengherankan itu orang-orang yang tes pasar tradisional itu minim sekali yang reaktif. Tapi swalayan itu tinggi hasil reaktifnya. Itu kenapa? Ya coba liat saja pasar rakyat itu kan alam terbuka, kemudian ketika tak ada antrean di pasar rakyat itu,” tutur dia.
“Kalau di swalayan itu, antrean cukup tinggi, kemudian sirkulasi udara di situ-situ saja. Dan tempatnya juga memang tidak besar. Jadi di pasar rakyat paling yang reaktif sekitar 5 orang paling banyak. Tapi kalau di swalayan bisa sampai 20 orang,” imbuhnya.