Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi lockdown. IDN Times/Arief Rahmat

Jakarta, IDN Times - Di saat pemerintah akhirnya mengakui program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tidak efektif, tiba-tiba muncul usulan agar memberlakukan lockdown atau karantina wilayah selama akhir pekan. Usulan itu disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR dari fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Saleh Partaonan Daulay. 

Ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon, Saleh mengatakan lockdown bisa dicoba di Jakarta pada Jumat malam hingga hari Senin pagi. Menurut Saleh, usulan ini tidak ada salahnya untuk dicoba dan menekan penyebaran virus Sars-CoV-2. 

"Justru, saya menilainya orang itu banyak yang keluar (untuk kepentingan non esensial) justru di akhir pekan. Ada orang yang pergi ke mall, pasar, berwisata hingga pernikahan," kata Saleh pada Kamis (4/2/2021). 

Ia berharap dengan adanya kebijakan karantina wilayah di akhir pekan, penyebaran virus akan menurun lantaran warga tetap berada di rumah. Alasan kedua, mengapa ia mengusulkan lockdown akhir pekan, untuk mengakomodir keinginan pemerintah yang tak ingin ekonomi terdampak lebih parah. 

"Kalau seandainya dilakukan lockdown total selama 3 bulan, ekonomi kita kan pasti terganggu. Sehingga, perekonomian kita tetap jalan pada Senin hingga Jumat. Masih bisa dilakukan," tutur dia.

Bila memang diharuskan ada kegiatan ekonomi di akhir pekan, ia mengusulkan digeser ke hari kerja saja. Saleh mengusulkan ini lantaran merujuk ke Turki yang sudah memberlakukan kebijakan serupa lebih dulu. Ia mengklaim Turki berhasil menurunkan kasus harian COVID-19 dengan kebijakan itu. Namun, benarkah?

1. Turki memberlakukan jam malam di hari kerja dan lockdown akhir pekan

Ilustrasi Masjid Hagia Sophia (Kantor berita Anadolu)

Kebijakan karantina wilayah di akhir pekan sejak awal Desember 2020. Keputusan itu diambil karena angka kematian di Turki pada akhir tahun malah meningkat dua kali lipat karena COVID-19. 

Berdasarkan data World O Meter pada hari ini, Turki memiliki 2,5 juta kasus COVID-19. Sebanyak 2,3 juta warga berhasil sembuh. Namun, 26.354 pasien meninggal akibat penyakit itu. Kasus aktif COVID-19 di Turki pun tergolong tinggi yaitu 87.341. 

Saat situasi seperti ini, Turki masih tetap mempromosikan pariwisata. Hal itu terbukti dari biro perjalanan di tanah air yang menawarkan trip jalan-jalan ke Turki. Kantor berita Anadolu pada 22 Januari 2021 lalu melaporkan penerbangan yang dilarang masuk ke Turki hanya berasal dari Brasil, Denmark, Inggris dan Afrika Selatan. 

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan untuk menurunkan penularan kasus COVID-19, maka diberlakukan jam malam saat hari kerja dan lockdown pada akhir pekan. Kantor berita Reuters melaporkan jam malam diberlakukan pada pukul 21:00 hingga 05:00. Sementara, warga tak boleh meninggalkan rumah sepanjang hari pada akhir pekan. 

Namun, beberapa sektor yang terkait rantai pasok dan distribusi diberlakukan pengecualian. "Kami berhati-hati mengambil keputusan agar tidak mengubah krisis kesehatan menjadi krisis ekonomi dan sosial yang lebih parah," ungkap Erdogan. 

Ia juga meminta kepada warga agar sementara waktu tidak menerima tamu yang datang ke rumah. Sebab, kini klaster keluarga sudah semakin meningkat. 

Menurut data dari KBRI di Ankara, kebijakan lockdown akhir pekan itu diklaim efektif. Bila semula angka harian pada Desember 2020 mencapai 32 ribu, maka pada 2021, kasus harian menurun hingga 6.000an saja. 

2. Pemberlakukan lockdown harus diikuti dengan sanksi tegas bagi yang melanggar

Editorial Team

Tonton lebih seru di