Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
01KANSGG87N8FG5GDBBT3A6H8H.png
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Sony Sonjaya, saat menghadiri Peluncuran Modul Pelatihan Implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Edukasi Gizi, dan Pedoman Kantin di Satuan Pendidikan, yang digelar di Jakarta, Jumat (21/11). (dok. BGN)

Intinya sih...

  • Program MBG dapat mengubah pola pikir gizi sehat.

  • "Generasi bakwan" yang tetap mampu menghasilkan tokoh-tokoh hebat.

  • Utamakan keseimbangan gizi dalam asupan harian.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Sony Sonjaya, mengenang pengalaman masa kecilnya yang hanya dibekali dengan sarapan nasi sangrai lantaran keluarganya tak mampu membeli minyak goreng. Menurutnya, hal ini menunjukkan kondisi keterbatasan gizi pada masa itu.

"Saya masih teringat bagaimana waktu kecil saya bangun pagi-pagi mau sekolah, masih syukur dapat sarapan dengan nasi goreng, bukan nasi goreng, nasi sangrai. Karena pada waktu itu menggoreng nasi saja tidak punya kemampuan untuk membeli minyak goreng, ibu saya pada waktu itu. Sehingga hanya makan dengan bala-bala saja, kalau di Bandung ya, kalau di Indonesia namanya bakwan, itu adalah satu kemewahan," ungkapnya saat menghadiri Peluncuran Modul Pelatihan Implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Edukasi Gizi, dan Pedoman Kantin di Satuan Pendidikan, yang digelar di Jakarta, Jumat (21/11).

1. Program MBG dapat mengubah pola pikir gizi sehat

Pembagian menu MBG di SD Negeri 060843 Medan (dok.istimewa)

Pada masa itu, kata Sony, konsep gizi seimbang sama sekali tidak terpikirkan. Karena itu, ia melihat kehadiran Program MBG sebagai langkah besar dalam membentuk atau mengubah pola pikir gizi sehat bagi peserta didik.

"Sekarang kita memulai dengan Program Makan Bergizi Gratis itu bagaimana kita menanamkan mindset tentang bagaimana keseimbangan gizi di dalam setiap makan. Sekarang di dalam setiap ompreng itu ada karbohidratnya, ada proteinnya, ada serat, dan beraneka macam yang setiap hari berganti-ganti," ujarnya.

2. "Generasi bakwan" yang tetap mampu menghasilkan tokoh-tokoh hebat

Program Makan Bergizi Gratis yang digagas oleh Presiden RI Prabowo Subianto, Cimahi (18/04/2025) (Tim Komunikasi Prabowo)

Meski generasinya tumbuh dalam keterbatasan gizi yang ia sebut sebagai “generasi bakwan”, namun di tengah kondisi seperti itu tetap mampu menghasilkan beberapa tokoh hebat.

"Bayangkan kalau saya beserta banyak kelompok-kelompok yang senasib dengan saya pada waktu itu. Mohon maaf, mungkin saya katakan generasi bakwan, yang pagi-pagi hanya makan bakwan bisa menghasilkan Bapak Dr. Pungkas Bahjuri Ali, Bapak Wamen, Ibu Dirjen, itu generasi bakwan," kata Sony.

Ia menambahkan, apabila Indonesia mampu memenuhi kebutuhan gizi anak sejak dini melalui Program MBG dan edukasi gizi yang tepat, kualitas generasi mendatang akan meningkat jauh lebih baik dibandingkan hari ini.

3. Utamakan keseimbangan gizi dalam asupan harian

Program Makan Bergizi Gratis yang digagas oleh Presiden RI Prabowo Subianto, Cimahi (18/04/2025) (Tim Komunikasi Prabowo)

Dirinya pun mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mulai mengutamakan keseimbangan gizi dalam setiap asupan harian, terutama bagi kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, ibu menyusui, serta anak dan peserta didik.

"Ayo kita mulai sekarang, better late than never. Tidak ada kata terlambat. Mari kita mulai berpikir bahwa keseimbangan di dalam asupan gizi itu sangat penting, terutama bagi kelompok rentan. Yaitu anak-anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, anak dan peserta didik," serunya. (WEB)

Editorial Team