Sebelum saya jawab itu, saya ingin merespons soal gap kalau akademisi bicara teori saja, karena forum ini untuk Gen Z. Penting untuk kita meluruskan kesalahpahaman ini, kekeliruan berpikir, kegagalan mengoneksikan antara idealitas dengan praktik. Ini menurut saya penting, dan ini yang hilang di dalam politik kita hari ini.
Kalau kita bicara teori, teori ini berguna untuk memberikan panduan bagaimana politik harus dijalankan, ketika kita bicara politik gagasan, dan politik programatik, itu adalah manifestasi dari bagaimana teori merumuskan soal demokrasi yang dijalankan.
Kalau soal cuma yang penting adalah tahu program, kemudian buat program ini, itu, tanpa ada politik gagasan di kepala, maka jadinya random, dan ketika kemudian kebijakan-kebijakan random, dia tidak bisa ditagih janji politiknya, dan dia juga tidak bisa ditagih akuntabilitas politiknya.
Yang dibutuhkan dari seorang pemimpin, dari seorang calon adalah bagaimana pendekatan mereka dalam menyelesaikan masalah. Kalau kita mau list sekian banyak masalah, itu gak akan selesai. Tetapi pendekatan dalam menyelesaikan masalah, itulah yang menjadi daya tarik.
Kita lihat pada Pilpres 2024, misalnya, salah satu faktor yang membuat Anies melesat dukungan suaranya yang tadinya dianggap underdog, itu kan pada politik idenya Pak Anies. Bagaimana pendekatan yang dia tawarkan dalam menyelesaikan masalah. Sehingga orang clear bisa menagih janji politik, ini soal politik ide bukan cuma sekadar eksekusi.
Politik tanpa gagasan seperti jalan raya tanpa rambu, bayangkan gak ada rambu mau ke kanan, ke kiri, serba gak jelas. Apa sih yang sebenarnya politik ide itu? Hari ini, dengan segala hormat saya mau bilang partai politik kita, ketika bicara siapa cawagub yang mau diusung, siapa partai yang bisa diajak koalisi itu meninggalkan ide, meninggalkan ideologi, meninggalkan platform partai di belakang mereka.
Jadi, itu yang menurut saya harus kita kritisi dari partai politik, kita tidak hanya sekadar memilih pemimpin buat Jakarta menyelesaikan masalah-masalah Jakarta, tapi memastikan partai-partai yang mengusung calon, dan calon yang diusung itu punya cara pandang yang sama tentang pendekatan apa yang mau dilakukan dalam menyelesaikan masalah-masalah di Jakarta. Bahwa tidak semua masalah bisa diselesaikan dalam lima tahun, semua orang saya kira bisa maklum, tapi konsistensi dalam menggunakan pendekatan itu.
Soal posisi Jakarta, saya mau mengulang lagi, walaupun Jakarta secara formal tidak lagi menjadi ibu kota, ini DKJ (Daerah Khusus Jakarta), saya kira tetap saja Jakarta menjadi episentrum politik yang luar biasa. Pengalaman nih kalau kita melihat pada beberapa negara yang punya ambisi membuat ibu kota negara baru, itu kan banyak yang gagal, gak ada jaminan juga IKN akan berhasil, IKN akan dilanjutkan karena dia sangat costly, jadi tetap saja lampu sorot akan tetap di Jakarta.
Karena itu juga bisa terlihat dari bagaimana kepentingan politik presiden kita hari ini dalam melihat Pilkada Jakarta. Kalau Jakarta sudah gak lagi dianggap penting, gak akan repot-repot mau cawe-cawe di Jakarta.