Jakarta, IDN Times - Gonjang-ganjing pergantian pucuk pimpinan terjadi di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebelum mendaftar sebagai partai calon peserta Pemilu 2024. Suharso Monoarfa tiba-tiba dicopot melalui mekanisme mahkamah partai pada awal September 2022 lalu.
Sempat muncul protes dari Suharso. Namun, PPP berhasil meredam protes tersebut. Suharso pun tetap menjadi perwakilan dari PPP yang mendapat kursi menteri di Kabinet Indonesia Maju jilid II. Sementara, pucuk pimpinan partai sementara waktu diisi oleh Muhammad Mardiono.
Mardiono sempat menawari Suharso untuk menduduki posisi Ketua Majelis Pertimbangan PPP, tetapi ia belum mau. Proses pergantian pucuk pimpinan di PPP berlangsung begitu cepat dan langsung mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM. Permasalahan pertama selesai.
Muncul lagi masalah lain yakni prediksi bahwa PPP tidak akan lolos pemilu legislatif. Apalagi berdasarkan hasil survei dari Litbang Kompas pada Oktober lalu pernah menunjukkan elektabilitas PPP hanya 1,7 persen.
Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani, mengatakan pihaknya tidak panik saat tahu elektabilitas parpolnya rendah. Ia juga terlihat santai ketika mendengar prediksi sejumlah pengamat bahwa PPP tak bakal lolos Pileg 2024.
"Pengamat itu, barang kali menyuarakan ulang apa yang sudah pernah disuarakan pada Pemilu 2019, sebelum 2014, 2009. Gitu lho. Jadi, itu sudah biasa," ungkap Arsul ketika berbicara dengan IDN Times dalam program Ngobrol Seru di markas DPP PPP pada awal November 2022 lalu.
Arsul juga blak-blakan bahwa PPP menitipkan pesan khusus kepada Presiden Joko "Jokowi" Widodo melalui Erick Thohir agar memberikan kursi tambahan di kabinet. Bisa Wakil Menteri atau Menteri. Relasi Erick dengan PPP akhir-akhir ini memang akrab.
Mengapa PPP menitipkan pesan soal tambahan kursi menteri melalui Erick? Apa pula strategi PPP untuk mematahkan prediksi para pengamat dan berhasil meraih 39 kursi di parlemen? Simak obrolan khusus IDN Times dengan Arsul yang juga menduduki posisi Wakil Ketua MPR.