Menurut wasiat Bung Hatta, beliau itu ingin dimakamkan di pekuburan rakyat biasa, karena dulu kan Pekuburan Karet, di tengah rakyat yang hidupnya saya perjuangkan hampir sepanjang hidup saya.
Artinya begini, beliau itu dekat dengan rakyat dan ketika mulai belajar sebagai mahasiswa di luar negeri, pikirannya sudah Indonesia harus merdeka. Itu kan Bung Hatta itu waktu umur 19 tahun masuk (pelajar) perhimpunan Indonesia, yang dulu istilahnya masih perhimpunan Hindia-Belanda karena kita kan terjajah oleh Belanda, sebetulnya itu perhimpunan orang-orang yang kerja atau kuliah di negeri Belanda.
Di situ mereka kalau mau temu kangen sesama orang Indonesia biasanya tiap minggu, atau tiap bulan atau setiap hari besar berkumpul, kayak lebaran atau natal, itu berkumpul supaya saling mengenal. Tapi, pada akhirnya merasa Indonesia harus merdeka, karena Belanda tidak mau memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Senior-senior Bung Hatta itu menanamkan kepada anak muda seumuran Bung Hatta supaya berpikir kalau kita menjadi bangsa yang merdeka, namanya apa? "Indonesia". Dicari itu, sebelum Hindia-Belanda itu namanya apa sih, ada nama apa untuk memberikan nama kepulauan ini. Maka, munculah nama Indonesia, ditemukan oleh dua ilmuwan, dua Inggris dan satu Jerman yang menggunakan nama itu.
Jadi, kemudian Bung Hatta masuk perhimpunan Indonesia itu dan menjadi ketua umumnya, dan mulai berpikir bagaimana Indonesia harus merdeka. Di situ mulai nuansa politiknya. Yang mau saya sampaikan bahwa, pendidikan, kecintaan terhadap tanah air dimulai Bung Hata ketika pengalaman beliau masih hidup dalam penjajahan dan Indonesia harus merdeka dan beliau berjuang.
Ini juga unik bagi anak-anak muda sekarang, Bung Hatta itu dulu dikirim oleh kakeknya untuk belajar di luar negeri supaya nanti melanjutkan usaha kakeknya. Kalau zaman sekarang kita kenal JNE, TIKI dan sebagainya angkutan Pos, cuma waktu itu belum ada kendaraan masih pakai kereta kuda, kakeknya ingin melanjutkan bisnisnya. Tapi, dia merasa Indonesia harus merdeka, jadi ilmu yang dipelajari ilmu ekonomi, dia rasakan tidak cukup kalau Indonesia merdeka saya harus jadi pemimpin, dan pemimpin itu dia harus berkualitas.
Artinya, beliau belajar ilmu politik, hukum, tata negara dan hal-hal lain yang dibutuhkan untuk memimpin negara. Makanya, studinya sampai 11 tahun di sana, karena mendidik dirinya untuk menjadi pemimpin berkualitas. Inilah apa yang dipikir Bung Hatta, haruslah anak muda mengisi minat dan berkembang di situ, sehingga Indonesia punya keahlian, punya kekhususan di bidang tertentu.