Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi (Facebook/Budi Arie Setiadi)
Gini, Pak Jokowi itu waktu 2019 perolehan suaranya 85 juta, ini data KPU. Partai pemenang Pemilu seperti PDIP 27 juta, jadi suara sama Pak Jokowi saja ada gap 58 juta. Jadi soal berapa banyak pengaruh Pak Jokowi, menurut saya sangat signifikan pengaruh Pak Jokowi
Berarti suara Pak Jokowi, suara Projo?
Ya pasti dong, Projo kan Pak Jokowi.
PDIP mengkritik Projo ketika menghadiri undangan KIB?
Gak, itu dinamika biasa, ormas diundang kan biasa, kita paham betul undang-undang kita cuma partai politik yang bisa mencapreskan tapi kan bukan berarti demokrasi itu hanya partai politik. Memang partai politik itu pilar demokrasi, tapi kan demokrasi itu harus ada partisipasi publik.
Kembali ke soal tiga periode, kalau Pak Jokowi keinginannya gimana?
Pak Jokowi tegas kan.
Kan di 2022 Beliau hanya bilang taat konstitusi, berarti kalau konsitusinya berubah jadi tiga periode, Jokowi ikut?
Itu kan kemungkinan, kita harus siap-siap saja jangan terkaget-kaget gitu. Politik Indonesia itu kan dinamis, seni kemungkinan
Siap-siap ini maksudnya buat tiga periode?
Apapun yang terjadi, tapi kami dari Projo sudah menyiapkan mekanisme untuk 2024 yaitu dengan menggelar musyawarah rakyat, mencari duet pelanjut Jokowi di 2024, itu mekanisme untuk menjaring sebanyak mungkin suara dari rakyat tentang calon kepemimpinan nasional.
Nama-namanya sudah ada belum?
Belum dong, namanya juga musyawarahnya nanti awal Juli mau gelar. Pak Jokowi dalam Rakernas V kita memerintahkan coba serap lagi harapan rakyat, nah kita berpikir, menjawab itu adalah mekanisme terbaik dalam menjaring suara rakyat, adalah musyawarah rakyat.
Projo statusnya saat ini ormas, mau jadi parpol?
Soal partai ini kan gini, 10 orang ketemu saya, 11 menanyakan kapan Projo jadi partai, saya tanya, memang rakyat perlu partai baru. Kalau Projo mau jadi partai atau tidak, saya katakan biarlah Projo menjemput takdir, menjemput sejarahnya sendiri
Sejauh ini mau jadi ormas saja?
Kita masih jadi ormas
Belum mau jadi parpol?
Tunggu saja. Kan masih dinamika, kan harus menghitung secara detail, menjadi partai politik kan lain logikanya dari ormas. Politik kan kepentingan dan kekuasaan. Mana ada sih orang buat partai politik mau kalah, partai politik kan didirkan untuk merebut kekuasaan secara sah, gak ada partai politik mau kalah. Kalau kita kan yang penting agenda kebangsaan, agenda kerakyatan. Kita tidak berpikir soal kekuasaan tapi bagaimana agenda kebangsaan, agenda kerakyatan kita bisa berjalan.