Kandidat Doktor dalam Rekayasa Genetik dan Peneliti vaksin Universitas Oxford, Muhammad Hanifi dalam program Ngobrol Asik by IDN Times, Sabtu (9/5).
Jadi mungkin kita bisa belajar sedikit dari vaksin yang sudah ada, dari pada saya membuat prediksi ini vaksin berapa lama, coba kita buat di vaksin yang berapa lama seperti imunisasi MRR atau campak, itu dikembangkan dalam waktu 28 tahun.
Imunisasi vaksin HPV yaitu vaksin untuk mencegah kanker serviks itu di dikembangkan dalam waktu 15 tahun. Waktu ada epidemi HIV tahun 1980 di Amerika, orang sudah berpikir untuk membuat vaksin di tahun 1980an. Tapi sampai sekarang vaksinnya belum ada, timeline-nya sudah 40-50 tahun, jadi itu ini general membuat vaksin itu membutuhkan waktu sekian tahun untuk vaksin, jadi yang paling lama itu sebetulnya di fase penelitiannya dan di fase manufaktur.
Karena fase penelitian itu sendiri uji klinis, yang saya sampaikan itu sebetulnya ada tiga sampai empat tahap yaitu bisa makan waktu 4 sampai 5 tahun untuk uji klinisnya, itu tujuannya apa sih? tujuannya betul supaya kita tahu dan yakin sebelum kita suntikan ke orang, kita tahu dan yakin dari uji klinis itu kita dapat bukti bahwa, pertama vaksinnya aman dan kedua vaksinnya betul bermanfaat.
Nah proses yang lama lainnya selain penelitian adalah manufakturnya atau pembuatan dosis vaksin dalam skala besar, bahkan perusahaan-perusahaan obat seperti astrazeneca yang sudah bikin kerjasama vaksin dengan oxford, jadi astrazeneca sudah menjanjikan kalau hasil penelitian di Oxford ini nanti bagus, mereka yang akan produksi vaksin, itu aja mereka sampai akhir tahun 2020 cuma sanggup buat 10 juta dosis, yang mana itu gak sampai satu Jakarta ke-cover sebetulnya, atau kalau kita bicara kita mau satu negara atau seluruh dunia.
Tapi bukan berarti gak ada cara untuk memperpendek waktu risetnya, dari lembaga-lembaga yang kredibel bilang kayak WHO, kemudian CDC bilang pilihan vaksin ini akan memakan waktu 12 sampai 18 bulan.
Kalau di timeline sebelum-sebelumnya kita tahu bahwa penelitian vaksin itu bisa belasan tahun, dari WHO harapannya mereka bisa bikin dalam waktu 18 bulan dan itu bisa dilakukan kalau kita optimistis, kalau semuanya berjalan lancar, penelitian langsung berhasil, gak ada kesalahan dan tahapan uji klinisnya banyak yang kita potong di tengah-tengah.
Parameter gagal itu sebenarnya sederhana, kalau kita uji cobakan ke manusia, gagalnya bisa sebelum uji klinis, uji manusia kalau gagal di uji klinis artinya di hewan coba atau di-setting laboratorium dia gak menghasilkan injeksi vaksin, itu tidak menghasilkan antibodi hewan, itu kita tahu bahwa vaksin yang bekerja.
Kemudian kalaupun dia bekerja di hewan coba, kemudian kita coba di manusia, kemudian manusia disuntik calon kandidat vaksin itu ternyata sama-sama risikonya untuk kena penyakit, maka itu kita juga bisa bilang vaksin Itu gagal.