Puti Soekarno (instagram.com/puti_soekarno)
Jangan takut untuk berpolitik, dalam artian politik itu bukan sesuatu yang menyeramkan gitu. Bukan sesuatu yang menakutkan, bukan sesuatu yang harus dihindari. Karena kalau kita melek politik, sobat sobat milenial, adik adik saya ini semua mengerti tentang politik, maka ia akan bisa menjadi, apa namanya, menjadi ujung tombak pembaruan.
Karena semua yang terjadi dalam sejarah bangsa ini, perubahan-perubahan yang ada dalam sejarah bangsa ini semua adalah dipelopori oleh pemuda, dipelopori oleh anak muda.
Kalau sekarang adalah generasi milenial, tentunya di zaman Budi Utomo generasi milenial pada saat itu. Di zaman Sumpah Pemuda ya generasi milenial saat itu. Bahkan Bung Karno sendiri mulai melakukan suatu pergerakan untuk kemerdekaan bangsanya di umur 16 tahun.
Demikian juga pendiri bangsa yang lain. Jadi semua sejarah, pergerakan, perubahan yang ada di Indonesia, baik itu dari zaman Budi Utomo, Sumpah Pemuda, Proklamasi, kemudian sampai Reformasi, itu semua ujung tombak perubahan itu adalah anak muda. Dan itu karena apa? Karena anak-anak muda itu melek politik, mengerti tentang politik.
Maka generasi milenial sekarang jangan kemudian menjadi apatis tentang keadaan bangsa ini.
Politik itu tidak hanya urusan pilkada, urusan pilpres, tapi politik itu bicara soal ekonomi, bicara soal kebudayaan, bicara soal sosial, bicara soal keberagaman itu tadi, maka generasi milenial harus berani menyuarakan hal-hal yang positif untuk bangsanya.
Dengan hal yang positif itu, makanya nanti di tahun politik akan tidak menjadi panas. Karena saya percaya, apa yang dilakukan oleh generasi milenial sebagai satu gerakan, itu akan menjadi berujung kepada kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah. Dan saya sekarang melihat bahwa di kantor-kantor kementerian itu banyak sekali generasi-generasi muda yang diangkat sebagai kepala staf ahli, atau sebagai tim dari menteri tersebut, bahkan Bapak Presiden juga seperti itu.
Itu adalah salah satu yang menunjukkan bahwa pemikiran anak-anak muda itu tidak ditinggalkan. Kita butuh pemikiran anak muda yang kreatif, yang inovatif, yang kemudian bisa memberikan warna baru dalam pembangunan bangsa.