Jakarta, IDN Times - Jelang pencoblosan Pilkada serentak, Rabu (27/11/2024), elektabilitas calon gubernur dan calon wakil gubernur nomor urut 03, Pramono Anung-Rano Karno meningkat pesat. Terlebih, para pendukung Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahokers) dan Anies Baswedan (Anak Abah) bergabung mendukung Pramono-Rano.
Juru bicara tim pemenangan Pramono-Rano, Aris Setiawan Yodi, membeberkan kunci elektabilitas paslon nomor 03 itu bisa moncer jelang pemungutan suara. Selain Ahokers dan Anak Abah, kata dia, Pramono-Rano juga rajin mendatangi warga Jakarta selama masa kampanye.
Berikut wawancara IDN Times bersama jubir tim pemenangan Pramono-Rano, dalam program GenZMemilih episode 67, Rabu, 20 November 2024.
Apa kunci elektabilitas Pramono-Rano naik?
Yang pertama mungkin kalau kita melihat ya memang elektabilitas Mas Pram dan bang Doel ini melesat cukup jauh ya, dari kalau misalnya survei pertama tiga hari setelah pengumuman Mas Pram daftar ke KPU bersama Bang Doel, itu dilakukan surve oleh Lembaga Survei Indonesia atau LSI itu elektabilitasnya hanya 28 persen.
Kemudian lawannya ini 51 persen, tapi jarak seminggu kemudian elektabilitas kita naik 3 persen, 3 persen, 3 persen. Nah saya saat itu sudah menyampaikan, kebetulan di beberapa media saya sampaikan begini, secara empirik, secara ilmu survei kuantitatif ya, itu biasanya kalau tren kenaikan itu sulit dibendung.
Jadi, kalau biasanya sudah naik itu susah turunnya tuh, kecuali ada hal-hal signifikan ya, kecuali ada hal-hal yang bombastis, dan kalau biasanya sudah turun itu biasanya sulit rebound, harus ada pengungkit yang luar biasa. Nah, aku sampaikan waktu itu, jadi jangan heran kalau misalnya nanti Mas Pram itu elektabilitasnya bahkan bisa cross alias bisa menyalip Kang Emil, satu bulan sebelumnya saya sudah sampaikan itu.
Karena ini melihat satu rumus, biasanya ini kan memang ini, saya berbicara ini berdasarkan pengalaman Pilpres, pengalaman Pilkada Jakarta, pengalaman Pilpres 2019, 2024, ini tren ini susah kalau naik susah turun, kalau sudah turun susah naik.
Nah, apa yang membuat tren itu terjadi dan membuat keyakinan saya kenapa Mas Pram dan Bang Doel dari awal ini elektabilitasnya naik, yang pertama adalah Mas Pram dan Bang Doel sadar beliau hanya didukung oleh satu partai di parlemen DPRD DKI, yaitu PDI Perjuangan (PDIP), dan dua partai nonparlemen, secara resmi Hanura yang mendukung, nonparlemen, tetapi dalam perjalanan setelah pendaftaran ada Partai Ummat yang juga mendukung, seperti itu.
Jadi melawan tiga partai, eh melawan tiga partai ini melawan, 13 ya. Mungkin sekarang 14 (Partai politik pendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju atau KIM Plus), karena ada Partai Buruh juga kan, yang kalau kita hitung raihan suaranya itu 80 persen.
Berangkat dari situ, sadar dari situ, Mas Pram dan Bang Doel ini sekuat tenaga melakukan sosialisasi atau blusukan ke masyarakat, itu gak tanggung-tanggung, sehari itu Mas Pram dan Bang Doel tidak kurang dari 10 titik, dari jam setengah 6 pagi sampai jam 12 malam baru pada tidur.
Kalau Mas Pram mungkin jam 1 lah, karena mungkin dia masih me time sama keluarganya dan sebagainya. Sementara, saya tanya kawan-kawan yang melekat ke Mas Pram itu dari jam setengah 6 sampai jam 12 malam, itu keliling ketemu warga di berbagai tempat, karena kita sadar kita ini harus bersama masyarakat, itu satu hal.
Kemudian, ada lagi kita menyampaikan program-program kerja yang realistis, program-program kerja yang memang dibutuhkan masyarakat Jakarta. Jadi Mas Pram dan bang Doel ini ingin jadi pemimpin yang memberikan kebijakan atau public policy yang itu sesuai dengan apa yang masyarakat butuhkan, bukan seorang pemimpin yang ingin mengeluarkan kebijakan yang hanya sesuai yang dibutuhkan pemimpinnya, tapi masyarakat gak ingin, nah ini poinnya.
Jadi dia ke bawah misalnya, ada yang tanya Bang Doel kita susah nih mau cari tempat buat nikahan anak, buat sunatan anak, ya sudah nanti kita bikin Balai Rakyat. Bang Doel kita susah nih sekarang dapat air bersih dan Mas Pram ternyata membuka data bahwa tidak lebih dari 50 persen masyarakat Jakarta yang terkoneksi atau tersambung air bersih, maka programnya beliau disampaikan kemarin di debat, ingin 100 persen masyarakat Jakarta tersambung air bersih minimal di 2029.