Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Jakarta, IDN Times - Meski baru berusia 23 tahun, anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), William Aditya Sarana berani bersuara lantang saat menemukan kejanggalan dalam usulan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) tahun 2020. Hal itu ditemukannya saat membedah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI 2020 yang tercantum dalam situs apbd.jakarta.go.id.

William menyoroti anggaran Lem Aibon sebesar Rp82 miliar di Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Selain itu dia pun menemukan anggaran pengadaan pulpen sebesar Rp124 miliar dan pengadaan komputer senilai Rp121 miliar.

Siapa sosok William, anggota DPRD DKI termuda yang baru saja menuntaskan pendidikan Strata 1 pada bidang hukum?

Pada Juli 2019 lalu, IDNTimes berkesempatan berbincang dengan William. Yang menarik, William menyatakan dia terdorong jadi anggota dewan karena resah dengan kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan ingin memperbaikinya.

Berikut hasil wawancaranya.

1. Kamu masih 23 tahun dan baru selesai kuliah, mengapa mau langsung masuk ke dunia politik praktis?

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Salah satu hal yang memantik saya masuk ke dunia politik adalah kinerja pejabat publik kita yang sangat buruk. Pertama, pak Anies menurut saya salah satu Gubernur terburuk yang pernah dimiliki DKI Jakarta ditambah lagi dengan DPRD kita kinerjanya sangat buruk.

Misalnya tahun lalu tidak ada satu pun anggota DPRD DKI yang melaporkan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara), itu kan artinya mereka gak mau transparan kepada publik terkait harta kekayaan mereka. 

Gabungan keduanya (Gubernur dan DPRD) yang menurut saya sangat buruk kualitasnya itu memantik saya masuk ke dunia politik praktis di DKI Jakarta.

2. Mulai kepikiran masuk politik sejak kapan?

Editorial Team

Tonton lebih seru di