Dapil neraka banget. DKI 1 Jakarta Timur memang jadi tantangan buat PDI Perjuangan. Waktu itu selama reformasi kita selalu memperoleh satu kursi dan perolehan suaranya tidak terlalu banyak tidak lebih dari 35.000 atau 40.000.
Kemarin saya diperintahkan sebagai petugas partai untuk maju dari DKI 1 Jakarta Timur, di mana tantangannya buat PDI Perjuangan dan Pak Jokowi di sana tidak mudah. Tentunya saya berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan dan saya berterima kasih kepada pemilih yang ada di sana, dan kepada simpul-simpul yang membantu saya, dan kepada pengurus partai yang di sana kita bergotong royong, kita bekerja sama, bersama-sama untuk meraih kepercayaan masyarakat, itu yang paling penting.
Meraih kepercayaan masyarakat melalui berbagai platform, bukan hanya pidato tatap muka, tapi juga menggunakan sosial media berkomunikasi dengan kalangan millennials.
Berkomunikasi dengan kalangan ibu-ibu. Ibu di sana adalah pemilih yang menurut saya sangat perlu diperhatikan diambil simpatinya.
Mereka yang belum mengenal PDI Perjuangan, ya kita tidak perlu bercerita dulu tentang PDI Perjuangan, tapi kita bercerita tentang ideologi PDI Perjuangan dan hasil kerja PDI Perjuangan.
Kalau mereka menerima penerima PKH Program Keluarga Harapan, penerima kartu Kartu Indonesia Pintar, Indonesia sehat, Indonesia Sejahtera, kita enggak usah cerita PDI Perjuangannya dulu tapi kemudian di ujung cerita saya menyampaikan bahwa itu adalah program Pak Jokowi yang di siapkan oleh PDI Perjuangan.
Baru keluar PDI Perjuangannya, baru kita cerita PDI Perjuangan. Jangan kita bertemu dengan semua orang langsung ngomong teriak merdeka, merdeka, jangan. Narasinya harus diatur sehingga orang itu bisa menerima.
Dan kita bersyukur dalam hal ini mereka bisa menerima. Kalau tidak bisa menerima saya, mereka bisa menerima PDI Perjuangan, yang penting kita masuk dulu.
Kalau tidak bisa menerima saya, dia bisa menerima Pak Jokowi, yang penting kita masuk dulu. Nah, itu cara mengambil simpati dari masyarakat seperti itu.
Yang meringankan beban kita dalam bertugas adalah karena PDI Perjuangan dan Pak Jokowi sudah berbuat. Jadi saya itu kerjanya nggak terlalu berat di dalam menyosialisasikan. Kecuali saya berada dalam partai politik yang tidak berbuat apa-apa, belum ada hasilnya, itu lebih berat.
Tapi ketika saya berada di PDI Perjuangan, saya punya presiden namanya Pak Jokowi punya ketua umum namanya Ibu Megawati, terus bercerita tentang kader-kader Ibu Megawati yang sudah jadi kepala daerah, maksud saya kok ngomongnya jadi ringan, ceritanya jadi banyak, ngoceh jadi enak.
Jadi ada buktinya. Gak ngapusi. Gak bohong. Itu yang menurut saya membuat langkah kita menjadi ringan, menjadi optimis bersosialisasi di tengah masyarakat Jakarta Timur.