Yeni melanjutkan ceritanya, ketika Bowo menginjak bangku SMP. Bowo menjadi sering sakit-sakitan, dan sakitnya selalu rutin setiap dua pekan sekali.
Suatu malam, suhu badan Bowo panas tinggi, sesak napas, dan sering tak sadarkan diri. Keadaan ini membuat Yeni pasrah. Malam itu, ia hanya bisa berdoa kepada Tuhan YME.
“Saat sakit itu suatu malam saya sudah pasrah. 'Ya Allah kalau mau ambil, ambil lah' saya gak tega, kalau mau sehat, sehatkan. Tapi berikan petunjuk kenapa ini anak,” ucap Yeni dengan suara terbata-bata.
Yeni sadar, selama ini dirinya juga memperlakukan Bowo kurang baik. Terkadang dia juga ikut mem-bully dan memukul anaknya itu lantaran malas belajar. Dia juga kerap membandingkan dengan anak-anak lainnya.
Yeni paham, sakit yang dialami Bowo selama ini akibat stres. Dulu dia tidak mengira anak kecil bakal mengalami stres.
“Setelah saya berdialog dengan Tuhan, saya bilang ke Bowo, 'Bowo, tolong ada apa di pikiran kamu?' Saya pikir stres itu kan sebenarnya dari sini, dari kepala, dari otak. 'Ada apa yang kamu pikirkan?'” kata Yeni.
Entah kenapa, tiba-tiba keajaiban muncul. Bowo tersadar. Dengan badan lemas, sang anak meminta izin pada Yeni untuk menulis sesuatu di komputernya. Yeni pun mengizinkan.
Awalnya, Yeni mengira Bowo hanya akan menulis karangan sebanyak satu atau dua halaman. Tapi setelah melihat tulisan Bowo, Yeni terkejut. Bowo telah menulis sebuah novel science fiction dengan berlembar-lembar halaman dan menggunakan bahasa Inggris.
“Setelah saya lihat, dia menulis berpuluh halaman. Dari jam satu malam sampai jam lima pagi. Dalam kondisi sakit itu. Dia mengetik terus. Saya ikut baca, 'Hah? Kok sebuah cerita?' Science fiction,” ungkap Yeni, dengan wajah berbinar-binar.
Tokoh dalam cerita fiksi itu sangat mirip dengan Bowo. Menceritakan seseorang yang selalu dihina, sehingga ingin pergi ke dunia lain yang damai, aman, dan tenteram. Cerita tersebut diberi judul Willy Flarkies.
“Novelnya ini dalam bentuk bahasa Inggris, tapi dia belum pernah ada yang mengajari, atau tinggal di luar negeri. Belum pernah, kosong sama sekali Bowo ini. Saya pun belum pernah mengajari,” kata Yeni, heran.
Setelah Yeni membaca keseluruhan novel karya Bowo, Yeni tersadar. Novel tersebut ternyata penuh dengan pesan moral, kritik sosial, dan mengisahkaan tokoh yang sering di-bully hingga orang tersebut menjadi pendiam dan misterius.
“Pokoknya macam-macam di situ. Ada tokoh yang ibunya sangat bijaksana. Anaknya hobinya teriak-teriak tapi ibunya tetap lemah lembut. Itu seperti menyindir saya,” ucap Yeni, tersenyum.