Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi warga Haiti (unsplash.com/TopSphere Media)
ilustrasi warga Haiti (unsplash.com/TopSphere Media)

Jakarta, IDN Times - Kelaparan telah meningkat di Haiti sejak geng kriminal melancarkan serangan di ibu kota, Port-au-Prince, dan sekitarnya. Organisasi bantuan mengatakan bahwa sekitar 1,4 juta warga Haiti kini berada di ambang kelaparan, dan lebih dari 4 juta orang membutuhkan bantuan makanan.

“Haiti sedang menghadapi kelaparan massal dan berlarut-larut,” kata Jean-Martin Bauer, direktur Haiti untuk Program Pangan Dunia PBB (WFP), kepada Associated Press.

Ia menambahkan bahwa Croix-des-Bouquets, yang terletak di bagian timur Port-au-Prince, memiliki tingkat malnutrisi yang sebanding dengan zona perang mana pun di dunia. Pihak berwenang telah berusaha mengirimkan makanan, air, dan pasokan medis ke pusat penampungan sementara dan tempat-tempat lainnya sejak dimulainya kekerasan.

1. Jumlah organisasi bantuan yang kembali beroperasi di Haiti masih sedikit

Hanya sedikit organisasi bantuan yang kembali beroperasi sejak 29 Februari, ketika geng-geng kriminal memulai serangan untuk menggulingkan pemerintah. Mereka menyerang lembaga-lembaga penting, membakar kantor polisi, menutup bandara internasional utama dan menyerbu dua penjara sehingga membebaskan lebih dari 4 ribu narapidana.

Akibat kekerasan tersebut, Perdana Menteri Ariel Henry pada Selasa (12/3/2024) mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri setelah dewan transisi terbentuk. Namun, geng-geng yang menuntut pemecatannya terus melanjutkan serangan mereka di beberapa komunitas.

Bauer dan pejabat lainnya mengatakan bahwa kelompok tersebut memblokir jalur distribusi dan melumpuhkan pelabuhan utama. Sementara itu, gudang WFP telah kehabisan biji-bijian, kacang-kacangan, dan minyak sayur karena terus mengirimkan pasokan makanan.

“Kami memiliki persediaan untuk berminggu-minggu. Maksud saya berminggu-minggu, bukan berbulan-bulan. Ini membuat saya khawatir," kata Bauer. 

2. Warga terusir dari rumah mereka

Marie Lourdes Geneus, seorang pedagang kaki lima berusia 45 tahun dan ibu dari tujuh anak, menceritakan bahwa geng kriminal mengusir keluarganya dari tiga rumah berbeda, sebelum mereka berakhir di penampungan.

“Jika Anda melihat sekeliling, ada banyak orang yang putus asa seperti saya, yang memiliki kehidupan dan kehilangannya. Ini adalah kehidupan mengerikan yang saya jalani. Saya melakukan banyak upaya dalam hidup dan melihat ke mana saya akan berakhir, mencoba untuk bertahan hidup," ungkapnya.

Geneus mengatakan, ia terkadang berjualan kacang-kacangan demi membeli makanan tambahan untuk anak-anaknya yang kelaparan, namun akhirnya dikejar oleh orang-orang bersenjata hingga barang-barangnya tumpah di jalan.

Erigeunes Jeffrand mengatakan bahwa geng tersebut baru-baru ini mengusir dia dan keempat anaknya dari tempat tinggal mereka. Pria itu sebelumnya bekerja sebagai penjual tebu.

“Rumah saya hancur total dan dirampok. Mereka mengambil semua yang saya miliki. Dan sekarang, mereka bahkan tidak mengizinkan saya bekerja," tuturnya.

3. Geng kuasai 80 persen wilayah Port-au-Prince

Lebih dari 200 geng diyakini beroperasi di Haiti, dengan hampir dua lusin di antaranya terkonsentrasi di Port-au-Prince dan sekitarnya. Mereka kini menguasai 80 persen ibu kota dan berlomba-lomba untuk mendapatkan lebih banyak wilayah.

Serangan terbaru ini telah mengakibatkan puluhan orang tewas dan lebih dari 15 ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.

Situasi ini juga menghalangi kelompok bantuan seperti Food for the Hungry untuk beroperasi pada saat paling dibutuhkan. Food for the Hungry menjalankan program berbasis uang tunai yang membantu sekitar 25 ribu keluarga setiap tahunnya dengan mengirimkan uang kepada mereka.

“Kami terjebak, tanpa uang tunai dan tidak ada kapasitas untuk mengeluarkan apa yang kami miliki di gudang kami. Ini bencana besar," ujar Boby Sander, direktur organisasi tersebut di Haiti. 

Ia mengatakan bahwa penjarahan dan serangan yang terjadi di bank-bank telah melumpuhkan sistem tersebut.

“Sejak 29 Februari, kami belum bisa berbuat apa-apa,” tambahnya.

Sementara itu, Bauer mengatakan bahwa permohonan bantuan kemanusiaan untuk Haiti tahun ini hanya didanai kurang dari 3 persen, sementara WFP membutuhkan 95 juta dolar AS (Rp1,4 triliun) dalam enam bulan ke depan.

“Konflik dan kelaparan di Haiti berjalan beriringan. Saya takut ke mana kita akan melangkah,” katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah