Ilustrasi jenazah (IDN Times/Mia Amalia)
Pandemik COVID-19 benar-benar mengubah bagaimana jenazah diperlakukan karena petugas kesehatan dan rumah sakit kewalahan dengan begitu besarnya jumlah kasus positif dan yang meninggal dunia.
Reuters melaporkan hanya dalam tiga bulan sejak kasus pertama diidentifikasi di Ekuador, 520 orang meninggal dunia di rumah. Keluarga membiarkan jenazah berada di salah satu ruangan sampai petugas koroner--yang memang sudah kelelahan--mengambilnya.
Keluarga lain yang orang terkasihnya meninggal di rumah sakit harus mencari jenazah sendiri di antara tumpukan kantong-kantong mayat. Beruntung jika mereka segera menemukan, tapi malang bagi yang masih tidak tahu di mana jenazah anggota keluarga disimpan.
Yang tak kalah menyedihkan adalah terbatasnya jumlah peti mati dari kayu yang normalnya digunakan untuk menguburkan mayat. Krisis saat ini membuat banyak yang harus dimakamkan dengan peti kardus.
Jorge Wated, kepala gugus tugas COVID-19 Ekuador, mengatakan pemerintah memberikan sekitar 2.000 peti kardus kepada keluarga yang tak bisa mendapatkan peti kayu. Persoalan lain masih menunggu untuk diselesaikan.
Berdasarkan laporan The Washington Post, mayat-mayat dibungkus plastik dan diletakkan di pinggir jalan menjadi pemandangan umum sejak beberapa waktu terakhir. Di media sosial, netizen membagikan video yang memperlihatkan kondisi jenazah sudah dikerubungi lalat.
"Situasi di Guayaquil sangat parah saat ini," kata Tati Bertolucci, Direktur Amerika Latin dan Karibia dari CARE, sebuah organisasi pemulihan bencana, pada April lalu kepada The Washington Post. "Ada mayat-mayat di jalanan, dan sistem kesehatan sudah kolaps, jadi tidak semua orang yang menunjukkan gejala bisa dites atau dirawat."