Ilustrasi polisi. (Unsplash.com/Monica Melton)
Dilansir VOA News, salah satu anggota parlemen, Joyce Bagala, merinci beberapa keluhan para perempuan tersebut. Dia mengatakan salah satu rekannya telah dianiaya oleh polisi selama acara Hari Perempuan baru-baru ini.
"Susan Mugabi dipukuli, digas air mata. Ada peluru yang ditembakkan. Adiknya dipukuli, dibelai oleh petugas polisi. Hampir menanggalkan pakaiannya. Ibunya juga ditangkap menjelang perayaan. Ayahnya dikurung di dalam rumah. Jadi, semua pelanggaran ini," kata Joyce Bagala, menambahkan bahwa dia sendiri terkena gas air mata dan dilarang mengadakan perayaan Hari Perempuan di daerah pemilihannya.
Para legislator oposisi perempuan meminta parlemen dan Kementerian Dalam Negeri mengakui bahwa tindakan polisi yang memblokir perayaan Hari Perempuan adalah ilegal, tidak rasional, dan menghina hak untuk berserikat dan berkumpul.
Mereka juga meminta agar semua pihak otoritas distrik setempat yang terlibat dalam penyerangan terhadap legislator dituntut secara individual di pengadilan hukum dan badan keamanan dilarang memblokir pertemuan atau pertemuan lain yang legal secara undang-undang.